Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Mentor bagi Anak

30 Desember 2021   08:10 Diperbarui: 30 Desember 2021   08:13 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: autos.id

Menjadi Mentor bagi Anak

Oleh: Suyito Basuki

Kata "mentor" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia  berarti pembimbing atau penasihat yang dipercaya; penyuluh ( hal. 1013).  Kata ini biasanya digunakan dalam dunia pendidikan.  Kata mentoring adalah turunan kata ini, berupa kata kerja yang berarti membimbing atau menasihati.  Dalam artikel ini, kata "mentor" saya maksudkan juga sebagai tindakan pendampingan, khususnya pendampingan orang tua terhadap anak.

Saya mau bercerita lebih dahulu ketika menjadi mentor bagi anak saat ia belajar menyetir mobil.  Setelah anak lelaki saya yang berusia 18 tahun selesai kursus mengendarai mobil dan kemudian mendapat surat izin mengemudi (SIM), maka langkah berikutnya adalah terus berlatih mengendarai mobil supaya mahir.  Untuk urusan itulah, kemudian saya sebagai orang tuanya seringkali mendampingi anak saya itu mengendarai mobil keluarga, menyusuri jalan; dari jalan yang sepi, hingga ke jalan yang ramai.  Lumayanlah, dalam rangka menjadi mentor bagi anak, saya sudah menemaninya hingga ke luar kota jarak tempuh sekitar 120 km.  Target waktu menjadi mentor anak saya dalam soal menjadi mahir dalam mengendarai mobil setidaknya 3 -- 6 bulan.  Dalam masa itu, saya akan selalu mendampinginya, kemana pun dia mengendarai mobil.  Hal ini saya lakukan, supaya manakala ia menghadapi kesulitan, maka saya bisa membagikan pengalaman sebagai pengendara mobil selama ini.  Dengan demikian, dia akan menjadi tenang selama dalam perjalanan dan dapat menjadi mahir sebagai pengendara.

Sebagai orang tua, saya rasa menjadi mentor bagi anak, tidak hanya sebatas dalam hal membuat anak mahir dalam mengendarai kendaraan.  Dalam segala aspek kehidupan, orang tua akan sangat bijaksana kalau menjadi mentor bagi anak-anaknya.  Orang tua yang memiliki anak yang baru saja menikah, sangat baik kalau menjadi mentor bagi anaknya itu.  Anak yang baru menikah itu tentu mempunyai kesulitan-kesulitan dalam menjalani hidup baru rumah tangganya.  Sebagai mentor, orang tua kemudian dapat membagikan pengalaman hidupnya dalam hal berumah tangga kepada anaknya.  Tanpa bermaksud menggurui anaknya,  dengan berbagi pengalaman selama kurun waktu tertentu, akan membuat anak menjadi tenang karena memiliki orang tua yang memberi cukup waktu untuk untuk membantu memecahkan persoalan-persoalan rumah tangga yang ia rasa baru.  Keluarga muda yang memiliki konflik berkepanjangan, bahkan berencana ingin mengadakan perceraian, perlu ditanyakan bagaimana mentoring orang tua selama ini?

Demikian pula saat anak memasuki dunia kerja, anak juga butuh mentor untuk mendorong kesuksesannya bekerja.  Orang tua yang menjadi mentor bagi anak dalam hal ini, akan membagikan pengalamannya dalam bekerja kepada anak.  Dengan demikian anak akan memiliki perbandingan dan acuan dalam melakukan pekerjaannya.  Sebagai mentor, orang tua pun memiliki peluang untuk memberi semangat kepada anak dalam bekerja.  Perlu dipahami dalam dunia yang serba instant seperti sekarang ini, anak-anak muda kebanyakan berkeinginan untuk memiliki pencapaian maksimal dalam waktu minimal.  Padahal dunia kerja tidak bisa seperti itu.  Ia memerlukan proses yang harus disertai dengan kesabaran dan ketekunan serta semangat juang yang membara.  Di sinilah peran orang tua sebagai mentor memberi semangat, inspirasi kepada anak di dalam dunia kerja mereka.

Orang tua yang menjadi mentor bagi anaknya, sering kali memerlukan kesabaran dalam melakukan tugasnya.  Suatu ketika, mobil yang dikendarai anak saya masuk ke SPBU karena mobil perlu isi bahan bakar minyak (BBM).  Saya tahu bahwa ia mengendarai mobil masuk ke SPBU ya baru kali itu.  Sehingga saya katakan, tangki mobil di sebelah sini, jangan terlalu dekat dengan selang pengisi BBM, harus ada cukup jarak antara selang dengan tangki mobil.  Mungkin karena ia gugup, mobil tetap saja berjarak dekat dengan mesin pengisi BBM.  Saya sebenarnya mau marah, kok anak saya tidak mendengar aba-aba dan perkataan saya?  Tapi ya sudahlah, seorang mentor memang harus bersabar.  Dengan kesabaran itu, maka  orang yang dibimbingnya itu akan menjadi lebih tenang dan berhasil secara maksimal. 

Sekarang sih, anak saya sudah lumayan ahlilah dalam mensetir mobil.  Kalau bersamanya, pas perjalanan luar kota, dialah yang memegang setir kendaraan dan saya tinggal tidur saja di sampingnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun