Mohon tunggu...
I Wayan Suyanta
I Wayan Suyanta Mohon Tunggu... Ilmuwan - Swadharma pada Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Pengajar di Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, Bali. S3. Pendidikan Luar Sekolah, (2017) Universitas Negeri Malang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Guru dengan Cinta vs Guru dengan Cinta Buta

13 Februari 2018   21:11 Diperbarui: 13 Februari 2018   21:19 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Cinta membimbing orang pada kebenaran, cinta membimbing seseorang melakukan hal yang pantas dan tidak pantas.

Ada perbedaan antara cinta dan cinta buta. Kebenarannya adalah dimana ada cinta, di sana tidak ada cinta buta. Cinta lahir dari kasih sayang, sedangkan cinta buta lahir dari kesombongan. 

Cinta mengatakan bahwa anak mendapatkan semua kebahagiaan di dapat dari Hyang Maha Kuasa, sedangkan cinta buta mengatakan bahwa: orangtua lah yang memberikan semua kebahagiaan pada anaknya. Cinta mengatakan bahwa dia (orang tua) bangga pada anaknya, sedangkan cinta buta mengatakan bahwa anaknya akan bangga pada orang tuanya. Cinta memberikan kebebasan, sedangkan cinta buta mengikat seseorang. Cinta adalah kebenaran, sedang cinta buta adalah ketidak benaran.

Karena cinta buta ini, seseorang tidak akan dapat menjadi Guru yang sebenarnya! Seorang Guru adalah seorang yang memberikan pengetahuan sebagai amal, dia tidak pernah memperdagangkan pengetahuan, itulah sebabnya seorang guru hanya mengharapkan pemberian kecil dari murid-muridnya, dia tidak mematok nilai apapun,

tetapi kesalahan seorang Guru terjadi apabila mematok sebuah nilai untuk pengetahuan yang tidak ternilai (tidak terbatas)!

Untuk menukar pengetahuan dengan meminta murid untuk membalas dendam, bukan saja telah meracuni kehidupan diri sendiri (Si Guru), tetapi juga termasuk meracuni para murid -- muridnya (orang lain).

Dan ini terjadi karena cinta buta dan arogansi,

Orang yang menempatkan cinta buta, arogan dalam pikirannya serta ketamakan yang ada di dalam hatinya, tidak sama sekali mampu berbuat kebenaran. Seseorang yang berjalan di jalan ini tidak akan pernah menjadi seorang Guru, seperti halnya Dronacarya yang penuh keterikatan terhadap anaknya Aswatama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun