Kecewa yang Dirasa
Suyanik Maya
Berpuluh tahun lamanya bersama
Membangun rumah tuk berteduh
Peras keringat banting tulang
Cucurkan air mata luapkan pikiran
Bahu membahu tegakkan benang lusuh
Tiap bulan diguyur potongan gajian
Sedang perut menahan lapar buat bayar bunga dan simpanan
Selama ini kami percaya padamu
Karena yang kau tampilkan hanya kebaikanmu
Kau sanjung-sanjungkan di depan publik
Kau tak mau menerima kritik
Suara-suara sumbang menggema di atas ars
Menunjukkan betapa kecewanya
Kepercayaannya telah sirna ditelan angkara
Milik mereka dirampas dengan paksa
Dalih demi dalih terlontar tuk membela masing-masing jiwa
Semakin berbelit dan berbohong semakin kentara
 Suara-suara sumbang menggema di atas pusara
Memperjuangkan hak-hak mereka
yang direnggut tanpa sepengetahuannya
Namun tahukah di arsy ada yang melihatnya
Koloni membentuk formasi-formasi
Berdalih kesejahteraan, tetapi untuk kalangan sendiri
Pemilik dicekik, diperas tinggallah ampas
Berbelit-belit ungkapkan
Kambing hitam diikutsertakan
Tikus liar bersembunyi, lepas tangan
Membenarkan diri, merasa tak berdosa
Kebodohannya dia sampaikan
Lalu ....
Bagaimana bisa membodohkan dirinya sebagai alasan tidak mengerti
Bukankah amanat  itu lebih penting dari pada membodohkan diri?