Mohon tunggu...
Suyadi Tjhin
Suyadi Tjhin Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa

Who Moved My Cheese?

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Krisis Kasih

21 November 2018   13:01 Diperbarui: 21 November 2018   12:59 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sejak tahun 1998 ketika negeri kita dilanda krisis ekonomi dan tahun 2008 ketika dunia dilanda krisis global, kata 'krisis' menjadi tidak asing ditelinga kita. Berkaitan dengan krisis, menjelang akhir abad ke 20 seorang psikolog dalam sebuah wawancara di salah satu stasiun televisi mengatakan bahwa, "Krisis terbesar yang akan melanda dunia dan manusia diakhir abad 20 ialah bukan bom atau nuklir, tetapi hilangnya kasih yang sejati diantara orang-orang yang seharusnya saling mengasihi".  Hal ini senada dengan apa yang pernah dikatakan oleh Yesus bahwa di zaman akhir karena banyaknya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin (Mat. 24: 12).   

ita tahu, manusia hidup tidak hanya cukup dengan makanan dan tempat tinggal, atau dalam teori ekonomi disebut kebutuhan primer dan sekunder, atau lebih tinggi lagi kebutuhan lux misalnya mobil, hanphone, dan lain-lain.  Selain kebutuhan primer dan sekunder, dan sekarang ditambah lux, manusia membutuhkan pengakuan, aktualisasi diri, dan penghargaan atau jika boleh kita sebut kebutuhan akan kasih.  

Jika kita berpikir apa yang dinyatakan oleh psikolog tersebut di atas bahwa krisis terbesar dalam hidup manusia adalah kasih---tentu maksudnya ialah kasih terhadap sesama manusia.  Pernyataan tersebut kelihatannya bukan sesuatu yang berkaitan langsung dengan sesuatu atau benda yang nyata atau yang real bisa dialami langsung seperti krisis moneter atau sembako, dan tentunya itu menyangkut masalah hati atau apa yang ada dalam diri manusia.  

Namun, bukankah apa yang terjadi dalam dunia nyata kadang-kala dari atau keluar dari pikiran dan juga berasal dari hati manusia?  Banyak hal atau kejadian yang terjadi hari ini adalah bermula atau bermuara dari hati manusia.  Untuk itu saya selalu ingat seorang penceramah favorit saya pak kyai AA Gym yang selalu menasihatkan kita untuk menjaga hati, karena dari hatilah terpancar kehidupan.

Zaman ini adakalanya kita lebih menghargai dan mengutamakan "it' (benda) dari pada "man" (manusia).  Benda bisa berupa hp, mobil, uang daripada manusia, saudara, bahkan anggota keluarga yakni istri atau anak.  Sebagai contoh:  saat pertama kita jatuh cinta atau pacaran, pacar kita jatuh kita bilang dan bertanya, "aduh, dimana sakit," lalu kita bantu bangunkan dia dan gosokkan minyak di bagian yang sakit atau benjol. 

Namun setelah menikah apalagi sudah lama menikah, istri jatuh apa yang kita bilang, kita bilang "aduh, koq bisa jatuh sih, mana matamu kenapa batu yang begitu besar gak kelihatan," dengan nada agak kesal atau marah.  Lain ceritanya, yang punya mobil.  Saat jatuh cinta dan jemput pacar, pacar kita gak sengaja dan gak hati-hati kepalanya terbentur mobil anda, langsung anda pegang dan gosok kepala pacar anda yang terbentur, bukan hanya kepala bahkan bisa gosok sampai tangannya dan lain-lain.  

Kemudian sesudah jadi istri, istri kita gak hati-hati dan gak sengaja kepalanya terbentur mobil baru anda, langsung sang suami  lihat mobil dan gosok mobilnya, bukangosok kepala istri lagi, kemudian istri diomelin karena bikin mobil anda jadi lecet.  Inilah kadang-kala sebuah gambaran kehidupan di tengah-tengah kita.  Adakalanya kita lebih sayang laptop, hp, uang, rumah, dan lain-lain daripada menyayangi keluarga, orang tua, saudara, istri atau suami, dan anak kita apalagi sesama manusia. Krisis kasih ini terjadi tentunya banyak faktor dimana tidak kita bahas di sini.  

Alangkah indahnya jikalau di dunia ini, di negeri kita, di masyarakat kita, bahkan dalam keluarga kita bisa saling mengasihi satu lainnya, maka betapa indahnya hidup ini.  Saya teringat pernyataan Mahatma Gandhi yang pernah mengatakan, "where there is love, there is life" (dimana ada kasih, di situ ada kehidupan).  Marilah kita hidupkan kasih diantara kita, dalam keluarga, di kantor, maupun di lingkungan kita dengan saling menghormati, membagi, menolong, memaafkan, bersikap ramah, sopan, menjauhkan emosi dan amarah serta pertikaian.  Dan mulailah dari diri kita sendiri.   

Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu (1 Kor.13: 4-7).

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun