Mohon tunggu...
Suyadi Tjhin
Suyadi Tjhin Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa

Who Moved My Cheese?

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tips Komunikasi dan Konflik Keluarga

19 November 2018   12:00 Diperbarui: 19 November 2018   12:03 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Masalah utama dalam pernikahan dewasa ini bukanlah seks, uang,anak-anak melainkan komunikasi antara suami istri (H. Norman Wright). 

Komunikasi dan konflik mempunyai hubungan yang sangat erat. Komunikasi yang kurang atau salah bisa mengakibatkan konflik, sebaliknya konflik dapat diatasi melalui komunikasi. Mengapa komunikasi penting dan perlu kita bicarakan? Karena setiap hari yakni dari mulai membuka mata atau bangun pagi sampai tutup mata atau tidur tidak lepas dari komunikasi. Sedangkan konflik pasti akan datang pada rumah tangga atau keluarga manapun juga, tidak peduli seberapa sejatinya cinta kita.

Komunikasi

 Komunikasi adalah bagian yang terpenting dalam sebuah rumah tangga. Komunikasi tidak hanya sekedar menyampaikan sesuatu lalu kita menanggapi. Komunikasi adalah proses berbagi diri, dengan atau tanpa kata-kata, agar pihak lain dapat memahami dan menerima maksud anda.

1 Petrus 3:10, "Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu". Amsal 25:11, "Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak". Amsal 12:18, "Jika ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang, tetapi lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan". Amsal 28:13, "Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi". Amsal 15:1, "Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan amarah". 

Unsur-Unsur Penting Dalam Komunikasi

Dalam komunikasi sangat perlu memperhatikan beberapa unsur penting, yakni :

  1. Komunikasi Verbal. Ketika dua orang sepakat menikah, sejak itulah kebudayaan dan dua bahasa yang berbeda dipertemukan. Jika masing-masing pihak tidak memiliki persepsi yang sama terhadap kata-kata yang diucapkan, maka praduga dan kesalahpahaman bisa terjadi khususnya pada kata-kata yang kurang spesifik, misalnya '...aku akan kerjakan nanti'. Kata 'nanti' bisa menimbulkan persepsi yang tidak sama. 'Nanti' bisa berarti beberapa menit ke depan, beberapa jam ke depan, dan beberapa hari ke depan. Dalam komunikasi 'kata-kata' itu sangat penting, hati-hati dalam penggunaan kata-kata atau istilah. Dan jika ada kata yang terasa kurang jelas seharusnya bisa menanyakan arti atau maksudnya. Sedapat-dapatnya pakailah kata-kata yang jelas tetapi jangan bertele-tele. Komunikasi yang efektif tidak tergantung berapa banyak kata yang anda ucapkan, tetapi tergantung pada makna kata-kata anda. Dalam hal berkata-kata sekalipun pasangan kita adalah orang dekat namun lebih baik tetap berhati-hati karena kata-kata itu ibarat anak panah yang dilesatkan sulit bahkan tidak kembali atau ada orang mengumpamakan air ludah yang diludahkan di tanah tidak mungkin kembali.
  2. Nada Suara. Ada kalanya kita mendapati pasangan kita berkata, 'apa yang anda katakan betul tapi jangan begitu caranya...'. Hal ini menunjukkan isi berita kita benar dan bisa diterima oleh pasangan kita, namun nada suara kita yang tinggi tidak bisa ia terima. Dalam komunikasi sangat penting kita perhatikan nada suara kita, suara yang tinggi atau teriak tidak hanya tidak enak di dengar tetapi juga tidak bisa mengubah apa-apa. Amsal 15:1, "Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan amarah". Kalimat 'jawaban yang lemah lembut...' tidak hanya menunjukkan isi berita tetapi juga sikap atau nada komunikasi. Lemah lembut bukanlah lemah dan juga bukan suara kecil, lemah lembut menunjuk kepada sikap dan perasaan atau emosi di balik kata-kata.
  3. Komunikasi Non Verbal. Menyanyi, berbicara, mengerang yang mengeluarkan kata-kata adalah komunikasi verbal. Sedangkan menyentuh, menggerakkan tangan, kepala, kaki, badan, mengerutkan dahi, melihat ke arah lain, membanting pintu adalah komunikasi non verbal. Sebuah penelitian menunjukkan sebuah komunikasi berhasil terdiri dari 7% isi, 38% nada suara, dan 55% non verbal. Hal ini menunjukkan komunikasi non verbal tidak kalah pentingnya dengan nada suara dan isi berita.  Dr. Mark Leo menulis "Masalah-masalah pernikahan dapat berkembang karena komunikasi non verbal yang tak terpuaskan." Komunikasi non verbal dapat menunjukkan hubungan yang sesungguhnya atau kedekatan suami istri.
  4. Mendengarkan.  Satu hal yang penting dalam komunikasi antara suami istri adalah mendengarkan. Mendengarkan kelihatannya mudah, namun kenyataannya banyak kali kita gagal menjadi pendengar yang baik. Seorang pendengar yang baik akan mendengarkan dengan sepenuh hati, tidak akan memotong apa yang disampaikan pasangan kita, atau menafsirkannya sendiri, atau langsung menarik kesimpulan bahkan memberikan solusi. Biarkan pasangan kita selesaikan pembicaraan dulu dan jika ada sesuatu yang tidak jelas kita boleh tanya tetapi jangan keterusan anda yang ambil alih pembicaraan apa lagi anda mengubah topik pembicaraan. Yakobus 1:19 mengatakan, "... setiap orang hendaknya cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata...".

Konflik

'Perjalanan sebuah cinta sejati juga tidak pernah berlangsung mulus.' (Shakespeare) 

Yakobus 4: 1-2, "Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? Kamu mengingini sesuatu tetapi kamu tidak memperolehnya, ... lalu kamu bertengkar lalu kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa,"

Orang tua saya dulu sering berkata, 'mangkok dan piring dicuci serentak bagaimanapun ada suara getak', artinya sebuah rumah tangga atau suami istri yang hidup dalam satu rumah bagaimanapun ada suara-suara gesekan atau konflik. Tidak ada rumah tangga yang tidak ada konflik. Pakar konseling keluarga Dr. Les dan Leslie Parrot mengatakan, "Tidak peduli betapa dalamnya seorang pria dan wanita saling mencintai akhirnya akan mengalami konflik... Konflik dalam pernikahan tidak dapat dihindari."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun