Mohon tunggu...
Analisis

SBY, KPK dan NARASI 14

10 Juni 2018   21:22 Diperbarui: 11 Juni 2018   09:47 7596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Syahri menginisiasi Tulungagung Emergency Medical Services (TEMS) di RSUD dr Iskak. Sistem itu menjangkau pasien kegawatdaruratan medis hingga ke titik lokasi, pemilahan pasien di RSUD dalam tiga kelompok untuk penentuan standar waktu respons penanganan, serta penanganan dokter khusus emergency. Inovasi itu membuat pasien mendapat layanan optimal serta mampu menurunkan angka kematian. Warga yang mengalami kecelakaan hingga yang terkena penyakit darurat secara mendadak terselamatkan dengan layanan tersebut.

Rumah Syahri di Ngantru tidak pernah sepi orang. Setiap hari orang datang, berkumpul. Ia juga menyediakan dapur umum, untuk menjamu setiap tamu yang datang. Kebiasaan merakyat itu telah dilakukan sejak 2013, saat maju calon bupati. Syahri dicintai rakyatnya.

Setiap hari, tiada henti, Syahri Mulyo dan pasangannya, Maryoto Bhirowo, bersama para relawan dan parpol pendukung, tidak pernah henti turun. Menemui rakyat, mengorganisir dan memperkuat keterpilihan.

Ada pun Margiono, dalam satu pekan, rata-rata turun 1-2 kali. Itu pun tidak setiap minggu. Rakyat Tulungagung memprediksi, pasangan SahTO (Syahri Mulyo dan Maryoto Bhirowo) akan meraih kemenangan telak, dengan mengalahkan Margiono, di Pilkada 27 Juni 2018. Survei menunjukkan, pasangan SahTo mendapatkan prosentase keterpilihan 63 persen.

Jika tidak ada kejadian luar biasa, tinggal tunggu waktu saja: Margiono, anak emas SBY itu, bakal "dipukul KO" Syahri Mulyo melalui kontestasi demokrasi yang fair.

Pilkada Jawa Timur

Di Pilkada Jawa Timur, SBY menurunkan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak, diusung Partai Demokrat dengan parpol-parpol lain. Penetapan Khofifah-Emil berlangsung alot. Semula, SBY meminang Wakil Gubernur Saifullah Yusuf (Gus Ipul), pendamping Gubernur Soekarwo. Namun SBY memasang syarat tinggi. SBY meminta Gus Ipul mengurus KTA Partai Demokrat. Atau, Gus Ipul dipasangkan dengan Calon Wakil Gubernur dari kader Demokrat.

Namun, kedua syarat itu ditolak Gus Ipul. Kader NU ini memilih menjadi manusia merdeka. Ia bergerak ke masyarakat dalam bimbingan dan perlindungan para kiai sepuh NU. Akhirnya koalisi PKB dan PDIP memasangkan Gus Ipul dengan Puti Guntur Soekarno, cucu Bung Karno, Sang Proklamator yang disemayamkan di Kota Blitar.

Dengan majunya Gus Ipul dan Puti Guntur Soekarno, otomatis Kota Blitar dan Kabupaten Blitar, serta Tulungagung, begitu pula Kabupaten Kediri dan Kota Kediri, menjadi basis utama suara kaum nasionalis yang harus dioptimalkan. PDIP telah menetapkan standar menang tebal di semua daerah itu untuk Gus Ipul-Puti Guntur Soekarno.

Menghabisi Syahri Mulyo

Bagaimana menjalankan narasi besar SBY tentang kejayaan Partai Demokrat di Pemilu 2019, yang mengulang kejayaan Majapahit di abad 14? Jawaban kuncinya: kekuatan kaum nasionalis harus dihancurkan di kandang sendiri. Walikota Blitar Samanhudi harus dibabat. Calon Bupati Syahri Mulyo harus dihancurkan di Tulungagung. Efek berikutnya, Gus Ipul-Puti Guntur Soekarno akan kehilangan suara di basis-basis nasionalis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun