Mohon tunggu...
Sutriyadi
Sutriyadi Mohon Tunggu... Penulis - Pengangguran

Sekali hidup hidup sekali

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berikut Jurus Penangkal Hoaks

9 November 2020   17:00 Diperbarui: 9 November 2020   17:22 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berita serta kabar bohong kian meresahkan. Bahkan dapat mengancam persatuan bangsa Indonesia. Bagaimana tidak, hoaks dengan cepat dapat mengubah pikiran seorang yang awalnya cinta jadi benci. Benci dengan standar tinggi hingga ke ubun-ubun. Awalnya percaya, lalu berpaling.

Untuk itu mari bentengi keluarga dan saudara terdekat kita sejak dini agar tidak menjadi korban hoaks. Caranya sangat mudah. Namun tetap butuh modal akal yang sehat dan hati yang jernih. Ingat! Akal yang sehat dan hati yang jernih.

Modal pertama, kita lepaskan kecenderungan dan kecondongan terhadap apapun dan siapapun. Artinya, jangan terlalu pro dan kontra banget terhadap salah satu golongan, figur, dan kepentingan lainnya. Pokoknya hati dan pikiran kita setel santai, enjoy dan bebas dari berbagai jenis belenggu di atas. Dengan begitu kita tidak mudah empati dengan berita persuasif dan provokatif. Karena jika sudah terpengaruh maka akan timbul prasangka tidak baik kepada pihak-pihak tertentu.

Kedua, selektif menerima berita. Lebih-lebih berita daring yang serba instan. Jangan mudah percaya walaupun berita itu bersumber dari media yang memiliki nama besar. Pikiran Anda jangan langsung memberi kesimpulan. Caranya untuk memastikan kebenarannya adalah, mencocokkan berita yang kita terima dengan media massa lainnya. Kita bandingkan pola beritanya. Apakah ada kecenderungan mendiskreditkan, mengunggulkan atau sebagainya. Jika ada indikasi yang demikian, artinya berita itu sudah tidak asli dan telah disisipi oleh perasaan penulis atau kepentingan media.

Apalagi beritanya bersumber dari situs yang tidak memiliki reputasi. Kalau menurut saya sumber yang memiliki reputasi salah satunya, Tempo, Kompas, Jawa Pos. Namun, apakah ketika salah satu di antara tiga media mengabarkan, saya langsung percaya? Tentu tidak. Saya akan memastikan kebenarannya dengan membandingkan tiga media itu dengan lainnya. Apalagi soal politik. Kabar politik menurut saya semacam kabar semu yang tidak perlu saya masukkan dalam saku.

Jika berita itu datang tanpa sumber yang bereputasi, langsung buang aja deh. Jangan kelamaan mikirnya apalagi sampai mempercayainya. Yang bereputasi saja kita belum tentu percaya apalagi yang tidak jelas. Logikanya kan begitu.

Ketiga, kita mesti bisa bandingkan mana berita dan opini. Jika berita tentu cenderung semua media sama. Namun jika berupa opini, karena isinya berupa pendapat-pendapat, maka pastinya akan berbeda. Oleh sebab itu kita jangan mengambil salah satu opini itu sebagai kebenaran. Karena hal itu belum terjadi. Kita posisikan kembali ke yang pertama di atas yaitu kita bebaskan diri dari kecenderungan terhadap apa pun.

Keempat, logika harus bisa beroperasi dengan baik. Jadi ketika ada sebuah berita, kita mesti pikirkan kebenarannya menurut kemampuan berpikir kita masing-masing. Caranya kita menerapkan pertanyaan sederhana, yaitu 5 W + 1 H dan ditimbang-timbang dengan hati dan pikiran. Misalnya kalau di internet ada gambar yang diberi tulisan, "Hebat! Si A bisa terbang" Anda jangan langsung percaya begitu saja, masa iya bisa terbang? Lalu, Anda bereksperimen sendiri ala kadarnya untuk menguji kebenaran berita yang diperoleh. Jika di luar nalar maka dipastikan kebohongan akut.

Kelima jauhi orang-orang yang sering mengunggulkan dan menjelek-jelekkan orang lain atau organisasi lain. Anda tidak perlu mengingatkan mereka, karena Anda mendapat jawaban yang pasti tidak mengenakkan. Anda cukup diam saja. Lepaskan hati dan pikiran kita dari pikiran yang memikirkan mereka.

Keenam, pendidikan. Kita butuh pendidikan, baik itu agama, politik, sains dan sebagainya. Kita butuh pengetahuan dan pengalaman yang luas untuk menemukan kebenaran agar tidak mudah dibohongi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun