Mohon tunggu...
Sutriyadi
Sutriyadi Mohon Tunggu... Penulis - Pengangguran

Sekali hidup hidup sekali

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

[Adu Strategi] Merebut Hati Rakyat Vs Merebut Lambung Rakyat, Siapa Menang?

13 Januari 2019   11:27 Diperbarui: 13 Januari 2019   11:46 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : kumparan.com

Pesta demokrasi semakin dekat. Masing-masing capres dan cawapres mulai gesit masuk ke pelosok negeri. Membidik satu-persatu simpati rakyat. Mencoba bersabar beberapa bulan, meringankan telinga, mendengarkan keluhan rakyat. Merespon, menjawab serta menjajakan janji yang pastinya manis.

Ada persamaan dan perbedaan dari strategi kampanye kedua kubu antara Prabowo dan Jokowi. Soal ini mungkin tidak semua pengamat politik tahu. Persamaan keduanya yaitu selalu berusaha merebut hati dan pikiran rakyat. Gaya semacam ini dianggap ampuh dalam strategi perpolitikan di Indonesia.

Adapun gaya mainnya, kubu paslon 02 lebih menggunakan gaya menyerang. Pasangan ini lebih agresif dan tahu kelemahan lawan. Sedangkan paslon 01 lebih pada posisi bertahan. Mungkin tenaga mereka sudah terkuras sejak empat tahun terakhir atau lebih kepada pengamanan keunggulan hasil survei internal. 

Tentu pilpres ini mirip sepak bola yang berakhir dengan skor. Gol-gol mereka nantinya akan terlihat pada papan penghitungan surat suara yang dilakukan oleh KPU.

Kembali pada strategi kampanye. Pada dasarnya mereka tidaklah saling serang. Justru rakyatlah yang menjadi sasaran serangan kedua kubu tersebut. Sekurang-kurangnya ada tiga unsur utama pada tubuh manusia atau tubuh rakyat Indonesia yang menjadi sasaran kampanye mereka. 

Tiga unsur ini merupakan bagian berpengaruh sekaligus mudah terpengaruh. Unsur tersebut akan menjadi penentu kemana arah tangan mencoblos pada surat suara nanti.

Pertama, otak. Seperti yang dikatakan Aristoteles bahwa pikiran manusia menjadi ciri khas yang membedekan diri dari binatang lainnya. Otak bekerja dengan pertimbangan ilmiah. Logika dan paradigma berpikir masyarakat Indonesia menjadi sasaran yang diobok-obok dalam perebutan kekuasaan. 

Selain melibatkan penceramah dengan doktrin agama, tontonan debat dan diskusi publik para tim kampanye di tv dan media daring juga menjadi pertimbangan pikir masyarakat dalam memilih.

Contoh doktrin yang merusak akal sehat ketika ada sebuah kalimat "...menghina itu haram, tapi kalau dia menista agama, menghina ulama, maka bla...bla..."
 Tentu permainan bahasa menggelikan ini membuat akal yang dangkal mudah terpengaruh dan menghalalkan seruan perbuatan keji itu. Padahal kita tahu bahwa tidak ada satu pun agama yang melegalkan hinaan dalam konteks apa pun.

Kedua, hati. Perasaan manusia juga menjadi alat yang dapat mengukur kelayakan pemimpin. Hati nurani melihat dari sudut kemanusiaan yang hakiki. Jika ada yang melanggar kemanusiaan dan penindasan, hati mereka akan terenyuh dan terpanggil. 

Retorika yang menggugah hati memang dirancang khusus sebagai serangan super cepat. Mereka menghidup-hidupkan amarah yang lama membeku agar mencair kemudian mengalir menembus benteng kesabaran mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun