Pemilu legislatif dan pemilu capres tinggal tahun depan. Hiruk pikuk para pemain, pemain pinggir lapangan, supporter, komentator, pengamat, kritikus, komedian, bahkan peramal dan para dukun (yg terlibat dan/atau melibatkan diri) mulai berkicau dalam menyongsong proses-proses pemilu.Â
Dan tentu mereka sudah melakukan pemanasan lagi, bahkan sudah ada yang seperti cacing kepanasan.
Dunia politik (ilmu untuk meraih, merebut, melaksanakan kekuasaan), dunia tempat manusia merebutkan dan meributkan kekuasaan dalam pemerintahan. Apakah Salah?
Menurut saya tidak salah, jika dengan tujuan akhir adalah kebaikan umat manusia yang lebih besar dalam hal (minimal) di dunia apalagi dengan tujuan akherat. Sebagai sebuah alat, kekuasaan adalah yang paling efektif untuk digunakan melaksanakan tujuan (harusnya tujuan yang benar). Efektif karena dengannya suatu hal (bahkan sampai ke budaya) akan dapat dilaksanakan secara massive dan terarah.Â
Dapat ditengok ke belakang (sejarah) bahwa bisa jadi 90% lebih kegiatan yang massive dan terarah atau bahkan perubahan yang revolusioner dilaksanakan oleh seorang atau sekelompok yang berada dalam pihak yang berkuasa atau "menguasai". Jadi menurut saya sah-sah saja seseorang atau sekelompok orang yang ingin melaksanakan missinya kemudian bermain di dunia Politik.Â
Justru jadi aneh adalah adanya tuduhan kepada politisi atau partai (dalam hal kelompok) sibuk mencari kekuasaan. Memang mereka dalam domain ingin berkuasa.
Yang lebih aneh lagi adalah jika ada politisi atau partai yang menolak disebut ingin meraih kekuasaan. Padahal memang berada di domain itu kan?
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah kekuasaan merupakan satu-satunya jalan dan cara untuk melaksanakan sebuah missi dalam masyarakat?
Tentu jawabnya adalah tidak, bahkan bagi para motivator sering disebutkan slogan mulai dari diri sendiri, mulai dari langkah kecil dll. Namun harus diakui probabilitas untuk menjadi massive tentunya sangat kecil sekali. Hanya beberapa kejadian dari mungkin ratusan atau ribuan atau bahkan jutaan kejadian. Dan lebih diperkecil lagi keboleh jadiannya dengan kemungkinan dilindas oleh kekuasaan yang lebih besar.
Banyak realita anak manusia yang berjuang sendirian dalam masyarakat seperti menjadi guru dari anak jalanan, membuat aliran air melewati gunung, melakukan penghijauan sendirian, membersihkan sampah lingkungan sendirian, dll.Â
Hampir semuanya hanya seperti teriakan semut di gurun Sahara. Bukan tidak mungkin, tapi sangat kecil kebolehjadian keberhasilannya dibandingkan jika dilakukan oleh pihak yang sedang memegang kekuasaan (dalam hal ini pemerintahan). Dalam posisi itu, jika yang dilakukan adalah menegakkan yang haq maka dia adalah benar-benar pejuang yang sangat kuat.