Mohon tunggu...
Dudih Sutrisman
Dudih Sutrisman Mohon Tunggu... Administrasi - Pegiat Bidang Pendidikan, Sosial, Politik, Budaya, dan Sejarah

Cogito Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pendidikan Kebudayaan dalam Pusaran Arus Kesejagatan

13 Maret 2018   10:51 Diperbarui: 13 Maret 2018   11:00 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh Dudih Sutrisman, S.Pd.

Kebudayaan Merupakan Modal Dasar Yang Sangat Penting Sebagai Salah Satu Sumber Daya Utama Pembangunan.

(Prof. Dr. H. Muhadjir Effendy,Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI)

Gugusan kepulauan Nusantara terdiri atas kurang lebih 13.000 pulau, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote. Pulau-pulau tersebut memiliki keanekaragaman suku, ras, agama dan kebudayaan yang berbeda, namun itu semua menjadi penguaat identitas nasional sebagai sebagai sebuah Nation. Keseluruhannya memiliki jatidiri masing-masing, sehingga muncul pernyataan bahwa pada hakikatnya tidak ada satu pun kebudayaan yang sama.

Kebudayaan menurut E.B Taylor dalam buku "Merajut Kembali Keindonesiaan Kita" adalah

"keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat"

Secara garis besar, kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan, hasil karya manusia yang terkandung dalam kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia. Kebudayaan yang terdapat antara umat manusia itu sangat beraneka ragam dan selalu berkembang menjadi lebih komplek karena memiliki sifat yang dinamis.

Setiap masyarakat mewariskan kebudayaannya kepada generasi yang akan datang kemudian agar tradisi kebudayaannya tetap hidup dan berkembang, melalui pendidikan. Secara alamiah kodrati manusia tidak dapat hidup tanpa proses pembelajaran dan pendidikan, karena untuk menjadi dirinya yang mandiri diperlukan suatu proses yang panjang. Sehingga dapat diartikan bahwa pendidikan adalah sarana untuk pewarisan kebudayaan.

Pendidikan sebagai salah satu sarana pewarisan kebudayaan dalam masyarakat memiliki keterkaitan yang erat dan tak dapat dipisahkan satu sama lain. Sebagaimana Plato mengungkapkan bahwa pendidikan yang sejati (true education), akan memiliki kecenderung terbesar dalam membentuk manusia yang beradab dan memanusiakan manusia dalam hubungan mereka bermasyarakat dan mereka yang berada dalam perlindungannya.

Konsep dari "founding fathers" kita yang mengatakan bahwa kebudayaan nasional sebagai puncak-puncak kebudayaan suku-suku yang ada di Nusantara ini dapat dikaji secara terus-menerus dalam rangka membina apa yang disebut kebudayaan Indonesia yang akan merupakan landasan yang kuat bagi Sistem Pendidikan Nasional. 

Tetapi hal mendasar yang perlu dicermati adalah "sistem pendidikan kita bukan merupakan tempat di mana kebudayaan dapat berkembang dan di mana pendidikan tersebut merupakan bagian dari kebudayaan secara menyeluruh". Hal tersebut senada dengan pernyataan Yamin (2009, hlm. 24) yang menyatakan bahwa "Pendidikan dapat mengembangkan jati diri kemanusiaan yang berdaulat dan bermartabat, bahkan bisa melahirkan masyarakat yang beradab dan berbudaya ketika pendidikan betul-betul menjadi dan dijadikan tulang punggung sebuah perjalanan bangsa ke depan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun