Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Solo Hiking ke-17 ke Gunung Kerinci, Bagaimana Rasanya?

4 Oktober 2021   15:56 Diperbarui: 5 Oktober 2021   08:01 1941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tiba di puncak Kerinci 3.805 mdpl (Dokumentasi Pribadi)

Hari pertama perjalanan berakhir di sini. Bermalam semalam. Keesokan paginya baru perjalanan dilanjutkan hingga ke Shelter 3. Pola ini sudah bertahun-tahun saya lakukan. Sengaja menghindari berjalan malam untuk alasan praktis dan keamanan.

Sehabis makan malam dan setelah salat Isya, saya mulai berbaring tidur. Badan terasa cukup letih dan malam yang dingin mempercepat rasa ngantuk. Malam itu langit di atas Shelter 1 masih cerah berawan. 

Hari ke-2, Minggu, 26 September 2021, pukul 06.12 WIB, saya meninggalkan Shelter 1, berjalan menuju Shelter 2. Treknya mulai diwarnai tanjakan yang lebih berat dibandingkan etape sebelumnya.

Di terowongan legendaris di trek menuju Shelter 3 (Dokumentasi Pribadi)
Di terowongan legendaris di trek menuju Shelter 3 (Dokumentasi Pribadi)

Saya berjalan santai tanpa banyak istirahat. Kalaupun istirahat hanya beberapa menit saja.

Satu jam berjalan, langit di atas makin pekat berawan dan suara guntur di kejauhan mulai terdengar. 

Benar saja, hujan mulai turun. Tidak begitu deras. Saya memutuskan terus berjalan tanpa mantel. Celana, baju dan topi yang saya pakai punya teknologi cepat kering (quick dry).

Sambil berjalan saya masih memikirkan laju deforestasi kawasan TNKS. Dari sini lapat-lapat masih terdengar suara chainsaw. Andai sumber suara itu ditelusuri, tak sulit bagi aparat penegak hukum untuk menangkap pembalak liar.

Mendekati Shelter 3 di ketinggian 3.300 mdpl (Dokumentasi Pribadi)
Mendekati Shelter 3 di ketinggian 3.300 mdpl (Dokumentasi Pribadi)

Mungkin kunci mengatasi lanju deforestasi kawasan TNKS adalah dengan menggalakkan patroli dan penegakan hukum terhadap para perambah liar. Selain, tentu saja, edukasi terhadap warga sekitar kawasan.

Tak terasa sudah hampir tiga jam saya berjalan. Pukul 08.54 saya tiba di Shelter 2 pada ketinggian sekitar 3.000 mdpl. Langit masih mencurahkan hujan gerimis. Suasana di sini sepi. Tidak ada satupun tenda pendaki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun