Mohon tunggu...
Dr H Sutirna
Dr H Sutirna Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Singaperbangsa Karawang

Pendidikan Bimbingan dan Konseling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sembilan Prinsip Dasar Kehidupan

13 Juni 2021   12:54 Diperbarui: 13 Juni 2021   12:59 1340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dr. H. Sutirna, S.Pd., M.Pd.

Universitas Singaperbangsa Karawang

Dampak negatif dari perkembangan zaman terhadap perilaku peserta didik nampaknya perlu menjadi tolok ukur dalam menyelenggarakan Pendidikan, baik itu di Pendidikan formal (persekolahan), nonformal (luar sekolah), dan  informal (lingkungan keluarga). Mari kita analisis Bersama tentang pembelajaran melalui online, apa yang dilakukan peserta didik selama tahun akademik 2020/2021, apakah dominan untuk memperoleh ilmu pngetahuan atau bermain game online atau digunakan hal-hal lain yang tidak mendukung terhadap penguasaan ilmu pengetahuan tentang materi pembelajaran?

Berdasarkan hasil observasi langsung penulis dengan mewawancara peserta didik di lingkungan sekitar tempat tinggal ketika hari belajar tentang kegiatan belajar online, hampir sebagian besar yang ditanya dengan pertanyaan “kenapa tidak pada belajar?”, jawabannya “LIBUR…..Pak”. selanjutnya diajukan pertanyaannya “kan belajarnya online”, jawabannya “ya ….pak online, tapi enak main game”.

Fenomena di atas menunjukkan bahwa dahsatnya pengaruh dari teknologi terhadap pola pikir peserta didik, sehingga mengabaikan kewajiban sebagai peserta didik mengikuti proses pembelajaran dengan memanfaatkan perangkat hand phone atau laptop sebagai media pembelajaran dalam mengantisipasi situasi dan kondisi pandemic covid 19.

Selanjutnya perilaku sehari-hari peserta didik dengan unsur etika dan hormat, nampaknya juga sudah semakin menurun keberadaannya. Misal sopan santun sebagai pondasi masyarakat Indonesia yang dahulu menjadi budaya, nampaknya di zaman sekarang ini sudah hampir hilang. Kata “Permisi”, “Maaf”, “Menundukan badan jika bertemu dengan orang yang lebih dewasa/tua” sudah tergantikan dengan pola pikir “EGP (Emang Gua Pikirin)”.

Peristiwa yang lebih menyedihkan adalah ada peserta didik yang terlibat dalam tindak kriminalitas, pergaulan bebas, narkotika dan tawuran sehingga merugikan dirinya sendiri serta keluarga bahkan lingkungan.

Berdasarkan uraian singkat di atas, maka kita sebagai pendidik (Dosen, Guru, dan Orang tua) harus dapat mengantisipasi pengaruh perkembangan zaman, khususnya pengaruh negatifnya dengan melakukan bebagai upaya dan usaha, salah satunya saya sampaikan pentingnya Pendidikan Sembilan prinsip dasar kehidupan ditanamkan sejak usia dini kepada para putra-putri, sehingga diharapkan putra-putri kita memiliki pondasi atau rem dalam menjalani aktivitas, baik itu aktivitas di sekolah dan di lingkungan masyarakat.

Pendidikan Sembilan Prinsip Dasar Kehidupan yang harus diberikan kepada putra-putri kita adalah:

  • Pendidikan tentang Etika sebagai prinsip untuk aktivitas sehari-hari.
  • Pendidikan menjunjung tinggi integritas dan kejujuran sebagai komitmen kepribadian manusia
  • Pendidikan bertanggungjawab sebagai pondasi aktivitas dalam gerak Langkah hidup dan kehidupan.
  • Pendidikan hormat pada aturan dan hukum masyarakat sebagai pola pikir bersosialisasi.
  • PPendidikan hormat pada hak orang lain sebagai toleransi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
  • Pendidikan cinta kepada pekerjaan sebagai komitmen mencintai apa yang ada pada diri sendiri dan terus dilakukan secara kontinu dan berkelanjutan.
  • Pendidikan berusaha keras untuk menabung dan investasi sebagai pondasi untuk menghadapi masa depan.
  • Pendidikan mau bekerja keras sebagai motivasi hidup dan kehidupan
  • Pendidikan tepat waktu sebagai ciri suatu manusia yang bisa dipercaya oleh orang lain dengan mengedepankan tepat waktu sebagai filosofi kehidupan.

Sutirna (2021) dalam buku bunga rampai bertema Merangkai Negeri: Sebuah Kontribusi Pemikiran dan Solusi untuk Indonesia menyampaikan bahwa melakukan Sembilan prinsip dasar kehidupan dalam kehidupan sehari-hari, bangsa kita akan memiliki budaya yang positif dan dapat meningkatkan jati diri bangsa Indonesia sehingga harapan Indonesia Emas 2045 akan tercapai. (Sutirna at.al, 2021)

Kemudian untuk menutup artikel ini, saya sampaikan juga pernyataan Sunaryo Kartadinata (2012) bahwa proses Pendidikan bukan hanya transfer ilmu pengetahuan saja. Tetapi lebih dari itu, yaitu transfer karakter dan budaya yang merupakan pondasi dalam menjalankan pengetahuan yang dimilikinya sehingga tidak menjadi anak pandai saja, tetapi menjadi anak yang pandai dan memiliki karakter serta berbudaya jati diri bangsa Indonesia. (Sutirna, 2021); (Sutirna at.al, 2021); (Kartadinata, 2012)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun