Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Perjalanan Menuju Kota Kelahiran

27 Maret 2025   03:30 Diperbarui: 26 Maret 2025   10:41 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber gambar: kontrax.com)


Mudik adalah tradisi yang sangat dinantiikan oleh banyak orang di Indonesia. Setiap tahun jutaan orang melakukan perjalanan panjang untuk berkumpul dengan keluarga dan kerabat, termasuk aku di kota kelahiranku, Semarang. Kebetulan di dalam keluargaku hanya aku yang meninggalkan kota kelahiran. Diawali dengan kuliah di Salatiga, lalu saat sudah bekerja, dimutasikan ke Jakarta.

Aku selalu menyempatkan mudik saat orangtua masih hidup, dan saat itu belum ada jalan tol Jakarta hingga Semarang. Aku harus melalui satu-satunya jalan raya, yaitu Pantura atau Pantai Utara Jawa.

Berikut adalah cerita mudik yang menyentuh dan mengingatkan kita tentang pentingnya keluarga dan tradisi.

Cerita Mudik

Aku masih ingat saat itu aku bersama seorang teman, mudik bersama dengan mengendarai mobil, yang dikemudikan secara bergantian.

Kami memilih berangkat dini hari, setelah selesai makan sahur. Perjalanan dari Jakarta hingga Krawang masih lancar, karena jalanan masih sepi dan melalui jalan tol. Kami mulai memasuki Pantura, melalui Indramayu hingga Cirebon. Memasuki kota Cirebon, lalu lintas mulai ramai. Lalu lintas padat terus hingga Tegal dan Pekalongan.

Nah selepas Pekalongan jalan benar-benar merayap. Suasana panas terik, jalanan macet. Hal ini yang membuat perasaan hati gelisah, antara mau tetap berpuasa atau membatalkan puasa.

Namun kami bisa saling menguatkan hati, dengan rasa sangat lelah, akhirnya kami berbuka puasa di dalam mobil, karena jalan benar-benar tersendat. Tidak ada kecelakaan atau banjir, melainkan banyaknya kendaraan dan pasar tumpah yang menyebabkan lalu lintas jadi tersendat.

Tengah malam kami baru tiba di Semarang. Setelah mengantarkan temanku ke rumah orangtuanya, aku juga melajukan mobil ke rumah orangtuaku.

Hatiku terhibur melihat kedua orangtuaku menyambutku, meski sudah larut malam. Kebetulan ibu belum tidur, karena dengan beberapa kerabat sedang menyelesaikan memasak hidangan Lebaran, seperti opor ayam, sambal goreng hati dan rendang.

Memang hari ini adalah puasa terakhir, besok pagi akan melakukan sholat Ied di lapangan dekat rumah. Karena besok pagi, harus bangun pagi untuk mengikuti sholat Ied, maka setelah masakan selesai, kami semua masuk ke kamar untuk tidur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun