Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Pelajaran Pahit dari Kasus Sepakbola

31 Maret 2023   07:00 Diperbarui: 31 Maret 2023   07:03 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku (sumber: depubkishstore.com)


Setelah carut marut gelombang protes dari kolompok extreem kanan yang mengancam akan mendiduki bandara. Juga penyataan dua Gubernur (Bali dan Jawa Tengah) yang menolak kehadiran timnas Israel, karena dianggap menyalahi UUD 1945 yang anti penjajahan.

Kedua aksi diatas menunjukkan campur aduk antara olahraga dan politik. Memang selama ini Indonesia aman-aman saja ketika menjadi tuan rumah Asian Games maupun Seagames, karena hanya level Asia, jadi tidak ada Israel.

Padahal Presiden Joko Widodo memiliki obsesi agar Indonesia bisa menjadi tuan rumah Piala Dunia dan Olympiade. Jadi disini tampak tidak sinkronnya pandangan Presiden dengan sebagian rakyatnya. Karena bila keputusan sebagai tuan rumah sudah diterima (seperti halnya pada Piala Dunia U-20) lalu terjadi pro dan kobtra. Sebaiknya, sebelum mendaftarkan Indonesia sebagai tuan rumah, Indonesia harus menyelesaikan masalahnya didalam negerinya sendiri. Meski Presiden Joko Widodo secara tegas tetap menyatakan dukungannya pada Palestina, namun dubes Palestina sendiri menyatakan boleh-boleh saja timnas Israel bermain di Indonesia.

Memang masalah politik ini rumit, sementara olahraga harusnya berjalan tanpa dibayang-bayangi politik dan agama  Hal ini terbukti dengan adanya pemain Israel yang beragama muslim, bahkan kaptennya juga seorang muslim.

Masalah tuan rumah Piala Dunia U-20 sudah selesai, karena FIFA sudah nencabut keputusan Indonesia sebagai tuan rumah. Bahkan lobby Ketua PSSI tidak berhasil meluluhkan keputusan FIFA.

Nah, sebaiknya kita harus lebih bijak dan mau berpikir holistik, agar tidak mencampurkan masalah politik, agama dan olahraga. Karena tentu banyak kerugian yang ditimbulkan akibat batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Beaya besar yang dikeluarkan untuk renovasi stadion, serta kesempatan pemain-pemain muda kita untuk berkiprah dalam skala dunia, serta masuknya arus penonton yang meningkatkan okupansi akomodasi bila dilihat dari kacamata ekonomi.

Masalah mendatang yang perlu dipikirkan bersama adalah even bulutangkis yang selama ini sudah membanggakan Indonesia di ranah dunia. Indonesia pernah menjadi tuan rumah perebutan Piala Thomas (putra), Piala Uber (putri), Piala Sudirman (mixed team), Indonesia Terbuka dan Indonesia Masters.

Jangan sampai bila Israel pada suatu masa memiliki pemain bulutangkis kelas dunia, Indonesia akan bermasalah dalam penyelenggaraan kelima even besar tersebut. Mungkin kita tidak akan bisa menyaksikan lagi pebikutangkis dunia beraksi di Istora Senayan atau di Bali.

Sementara di dunia bulutangkis kita juga melihat adanya keunikan, ada dua negara yang tidak boleh menggunakan benderanya saat bertanding dan sebutannya juga aneh, Chinese Taipei ,(Taiwan) dan Chinese Hong Kong (Hong Kong).

Saat ini kita belum tahu slangsi atau hukuman yang akan dijatuhkan FIFA. Kemungkinan sangsi yang sama akan turun pula dari WBF suatu saat nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun