Selama menjadi asisten perawat akan  didampingi perawat senior. Jadi tidak perlu takut melakukan kesalahan.
Program terus dibenahi, untuk menyingkat waktu kursus, ada upaya memasukkan pelajaran bahasa Jerman ke dalam kurikulum sejak tingkat pertama. Faktor utamanya menyediakan tenaga pengajar bahasa Jerman, selain di Bandung.
Sebagai narasumber kedua ditampilkan Cecep Syamsul Bahri, perawat asal Indramayu yang baru lulus dan akan ditempatkan di Munchen setelah lulus kursus bahasa.
Menurut pengakuan Cecep yang memiliki hobi traveling sangat senang menemukan program G to G, padahal semula ingin nelamar ke Jepang kemudian beralih ke Jerman.
Cecep yang bersekolah di Purwakarta serta kuliah di Poltekes Pasar Rebo Jakarta ini telah memiliki pengalaman kerja di dua rumah sakit.
Setelah Cecep mengunggah dokumen yang dipersyaratkan, dokumen diverifikasi, lalu mengikuti wawancara. Setelah dinyatakan lulus, barulah mengikuti kursus bahasa. Saat kursus bahasa juga diberikan informasi tentang budaya di Jerman. Karena pandemi, kursus bahasa dilakukan secara daring.
Gaji di Jerman cukup tinggi, beaya hidup cukup, asal bisa hemat baik untuk makan, tempat tinggal dan transportasi. Beaya hanya untuk asuransi, transportasi dan beaya hidup, sisanys bisa ditabung. Hanya pajak pendapatan cukup besar.
Lalu juga ditampilkan Chaeriah, perawat asal Cirebon yang kini bekerja dan berdomisili di Munchen. Yang sudah menikah dengan warga negara Jerman.
Sukanya bagi Chae adalah gaji besar, apalagi  kalau harus menggantikan teman yang berhalangan hadir, pasti ada gaji tambahan. Dukanya lelah dan kurang waktu berkualitas dengan keluarga.