Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Harga BBM Disesuaikan, Apa Sikap Kita?

5 September 2022   05:00 Diperbarui: 5 September 2022   06:35 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kenaikan BBM (sumber: republika.co.id)


Setelah terjadi rumor di akhir Agustus 2022, akhirnya menjadi kenyataan  pada 3 September 2022 jam 14.30 harga BBM di Indonesia disesuaikan (istilah halusnya) atau naik (istilah kasarnya). Hal ini karena Pemerintah sudah mengkalkulasi bahwa tahun depan ekonomi tambah sulit, sehingga subsidi yang dianggap terlalu besar harus dikurangi.

Apakah Pemerintah salah dan tidak berpihak pada rakyat kecil?

Kita harus menganalisa secara logis, bukan hanya secara emosional. Meski resikonya penulis dianggap pendukung Jokowi.

Kenaikan BBM harus dilakukan Pemerintah karena Pemerintah tidak ingin Indonesia ikut-ikutan bangkrut seperti Srilanka. Dapat dibayangkan betapa chaosnya negara ini bila harus mengalami kebangkrutan seperti Srilanka. Kondisi normal saja, Presiden sudah sering dihujat dan disalahkan.

Benarkah Pemerintah tidak berpihak pada rakyat kecil?

Dari data yang ada terbukti BBM subsidi lebih banyak dinikmati oleh orang kaya. Repotnya, sepeda motor sudah menjadi kendaraan yang dimiliki hampir setiap rumah, bahkan hingga dipelosok desa dan kampung-kampung kumuh memiliki sepeda motor, entah baru entah bekas. Karena kredit sepeda motor dilakukan sangat masif sekali. 

Jadi boleh dikatakan sepeda motor sudah menjadi kendaraan masyarakat. Nah, apakah pemilik sepeda motor boleh digolongkan rakyat yang masih miskin atau pra sejahtera?

Bila pemilik sepeda motor sudah tidak dapat digolongkan miskin, berarti kenaikan BBM sudah sepantasnya dilakukan. Meski akan merubah status dari golongan yang sudah terlepas dari kemiskinan kembali ke golongan miskin kembali, karena mungkin dengan kenaikan BBM sepeda motornya akan jarang dipakai alias ditumahkan. 

Bagi yang merasa tidak sanggup mengantisipasi kenaikan BBM sebaiknya naik sepeda untuk bepergian, sekalian olahraga juga mengikuti gaya hidup sehat.

Bagi pemilik mobil, meski bekas, tentunya tidak dapat lagi digolongkan miskin  Meski gara-gara kenaikan BBM pengeluaran bertambah sedangkan penghasilan belum tentu bertambah, sehingga kemungkinan jalanan lebih lancar karena banyak mobil yang tersimpan rapi di garasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun