Aldi (bukan nama sebenarnya), seorang pemuda lajang berwajah cukup tampan, dengan kunis tipis, rambut tersisir rapi. Aldi yang kini berprofesi sebagai dokter anak pada sebuah Rumah Sakit adalah lulusan Fakultas Kedokteran salah satu Universitas terkenal di negeri ini. Usianya sudah menginjak 25 tahun, dia sedang mempertimbangkan nasibnya, mau mencari bea siswa untuk mengambil spesialis atau membentuk keluarga muda seperti Albert teman kuliahnya.
Sebagai seorang dokter muda tentu Aldi menjadi "trending topic" bagi dokter wanita kolega dokter  maupun para perawat wanita.di nurse station.
Namun Aldi sepertinya tidak terlalu mempedulikan incaran gadis-gadis cantik disekitarnya, bahkan ada gadis yang pura-pura sakit lalu ikut antre berobat.
Aldi masih merasa pekerjaannya belum mapan, karena hanya sebagai dokter muda saja. Meski dengan hidupnya yang sederhana, tiap bulan tabungannya di bank terus menggelembung.
Alasannya masih tetap menjomblo, karena merasa pekerjaannya belum mapan. Belum dapat membeli investasi untuk membuat dia mampu mendapatkan passive income.
Aldi masih memiliki cita-cita untuk menjadi dokter spesialis, karena dia merasa posisinya sekarang belum ada apa-apanya di rumah sakit.
Karena kegalauan ini, Aldi tidak berani mulai menanggapi gadis-gadis yang mengincarnya. Bila Aldi jadi mengambil spesialis, bisa-bisa gadis-,gadis ini sudah tidak ada lagi, karena mungkin sudah dipersunting pemuda lain.
Mau tidak mau, Aldi harus mampu memiliki calon isteri yang memiliki beda umur cukup jauh rentangnya.
Inilah salah satu sebab seorang pemuda yang cukup tampan belum berani mempersunting seorang wanita, karena merasa pekerjaannya belum mapan.
Yang sudah memiliki pekerjaan tetap. Seperti Aldi saja masih ragu melangkah ke pelaminan. Bagaimana pula dengan pemuda seumutnya yang belum memiliki pekerjaan tetapÂ
