Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Momen Indah Itu Begitu Sederhana

5 Januari 2022   09:30 Diperbarui: 7 Januari 2022   17:02 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasar swalayan (sumber: pingpoint.co.id)


Suatu pagi di tahun 2021, aku memutuskan untuk pergi ke sebuah pasar swalayan, karena persediaan buah di rumah sudah habis. Padahal agak malas pergi ke pasar swalayan, karena harus memindai sandi QR dengan gawai dengan aplikasi Peduli Lindungi. Meski saat berolahraga pagi, aku senantiasa membawa gawai sehingga pasti bisa memasuki pasar swalayan tersebut.

Nah, setelah memindai sandi QR aku dinyatakan boleh masuk, dengan tanda warna hijau yang muncul di gawai, karena aku sudah melakukan vaksinasi dua kali.
Setelah lolos dari seleksi melalui aplikasi Peduli Lindungi, aku masih melalui pemeriksaan suhu badan oleh seorang petugas keamanan. Setelah suhu badanku dinyatakan layak, maka aku diizinkan memasuki.pasar swalayan.

Pagi itu pasar swalayan belum terlalu ramai, paling hanya 10 pengunjung yang semuanya mengenakan masker. Akupun menuju konter buah, dan membeli pepaya potong, buah naga potong, nenas potong, apel, dan pisang. Karena tujuan utama hanya membeli buah, maka aku langsung menuju ke kasir, tanpa mengunjungi konter-konter lain. Inilah cara belanjaku, praktis dan cepat serta hemat karena pasti tidak membeli barang-barang lain yang ditawarkan.

Di kasir, karena pagi hanya dua kasir yang buka, aku memilih satu antrean kasir yang lebih sepi. Didepanku sudah ada antrean tiga anak kecil wanita berseragam Pramuka dan berjilbab. Ketiga anak itu menyerahkan belanjaan nya kepada kasir, Setelah dipindai semua, akhirnya diperoleh total belanjaan anak-anak itu sekitar 200 ribu Rupiah. 

Ketiga anak itu segera mengeluarkan uang dari saku bajunya masing-masing, baik uang kertas maupun  koin. Setelah terkumpul, lalu diserahkan kepada kasir. Kasir menghitung uang mereka, ternyata masih kurang. Akhirnya ketiga anak itu mencoba mengurangi belanjaannya, namun kata kasir uang masih kurang. Ketiga anak itu berunding, barang apalagi yang harus dikurangi, ternyata diperlukan semua. 

Akhirnya, dengan spontan aku mengatakan kepada kasir, "Kak, kembalikan uang anak-anak itu, saya bayar dengan ini". Kataku sambil menyerahkan kartu debet yang biasa kubawa. Setelah aku memasukkan pin, maka berakhirlah transaksi dengan anak-anak itu. Kasir menyerahkan kantong belanjaan dengan isinya kepada anak-anak itu. Ketiga anak itu berusaha menyerahkan uangnya (yang jumlahnya kurang) kepadaku, namun aku menolaknya dengan halus.
'Tabung saja, adik-adik".

Ketiga anak itu melongok sejenak, lalu mengucapkan terima kasih dan mereka berlalu serta malah sibuk membagi uangnya dan belanjaannya.
Akupun menyelesaikan transaksiku, lalu pulang ke rumah.

Memang jumlahnya tidak seberapa, beda dengan konstribusi yang sering kuberikan pada komunitas untuk aksi sosial. Tapi aku merasakan sebuah momen yang indah di pagi itu, melihat senyum yang mengembang di wajah ke tiga anak tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun