Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengenal Negara Kecil nan Kaya: Brunei Darussalam

2 Januari 2022   09:30 Diperbarui: 2 Januari 2022   09:43 1140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Omar (sumber: shutterstock.com)


Masih dalam suasana Tahun Baru, Sabtu sore 1 Januari 2022, Koteka, komunitas traveler Kompasiana tetap menyelenggarakan Koteka Talk dengan tema "Brunei Darussalam, The Shade of Peace".

Sebagai narasumber adalah seorang Kompasianer yang pada 2020 telah diangkat menjadi ASN Future Leader, Edrida Pulungan, M.HI., M.SI, acara dipandu oleh Ony Jamhari.

Edrida Idokpri)
Edrida Idokpri)


Edrida mengisahkan acara jalan-jalan ke sana pada tahun 2014 bertepatan dengan hari ulang tahunnya Edrida memiliki hobi menulis fiksi, kreatif dan puisi saat dalam perjalanan (traveling poetry), salah satu puisi yang ditulisnya saat mengunjungi Brunei adalah "Melancong ke Negeri Sultan", sempat dibacakannya pada Koteka Talk.


Karena kunjungannya ke Brunei setengah kunjungan negara, dimana dia juga sempat ke kBRI Brunei dan bertemu Dubes Indonesia untuk Brunei, maka pada kesempatan itu Edrida meluncurkan bukunya "Diatas Langit Eropa" dengan menyerahkan satu buku ke Dubes.

Saat mendarat di Brunei yang dikaguminya, di kiri kanan jalan dari bandara semua hijau. Brunei memang saat ini sedang gencar mempromosikan wisata berbasis lingkungan dan wisata religi, sebagai negara yang mayoritasnya Muslim.

Edrida sempat mengunjungi Kampung Aer sebagai Venesia-nya Brunei. Ditengah sungai terdapat sebuah batu mistis yang disebut Jurong Batu. Masyarakat lebih banyak tinggal di tepi sungai daripada di kota.

Edrida bersama rombongan sebanyak 20 orang sempat menanam pohon dengan nama masing-masing, kemungkinan sekarang pohon-pohon itu sudah tumbuh besar dan menambah kehijauan Brunei.

Edrida juga sempat sholat di Masjid Omar Ali  Saifudin yang indah, orang harus berkunjung keisini dengan kubah emasnya seperti Taj Mahal di India. Bagi yang non Muslim, paling tidak harus berfoto disini.
 
Masjid ini rampung tahun 1958 dengan arsitektur Mongolia, juga didisain orang Italia.

Apa yang bisa disantap? Makanan khas Brunei adalah ambuyat mirip dengan papeda di Maluku atau Papua Indonesia. Ambuyat disantap dengan kuah ikan atau daging. Karena hangat, enak disantap saat hari hujan. Nasi lemakya juga enak.

Orang Brunei senang mengkoleksi mobil mewah dan disimpan di dalam rumah, bukan di dalam garasi, supaya mudah dilihat. Dan rata-rata mereka senang dengan warna ngejreng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun