Jabatan yang Tidak Diminati tapi Penting

Sudah pernah menjabat sebagai Ketua RT / RW? Jujur belum, karena semasa bekerja saya hampir tidak pernah menginjak rumah. Kalau pada hari libur atau akhir pekan, bisa ada di rumah malah diledekin oleh tetangga. Ya, karena pada hari kerja saya sering ditugaskan ke luar kota bahkan ke luar negeri untuk menghadiri rapat dengan Principal atau menghadiri konferensi dan pameran dagang. Masih ditambah lagi sering keluar kota untuk rapat-rapat organisasi, seperti Munas, Musda  dan Rakernas.

Sedangkan akhir pekan dan hari libur selalu saya manfaatkan untuk berlibur, memuaskan hobi berwisata agar membuat pikiran jadi segar kembali. Secara pribadi, saya juga jarang berurusan dengan RT / RW, kalaupun untuk pembuatan atau penggantian KTP, Kartu Keluarga dan surat keterangan pengganti KTP saya selalu dibantu asisten rumah tangga tetangga yang memilki keluarga yang bekerja di Kelurahan.

Namun saat saya lebih banyak di rumah akibat pandemi karena harus Work From Home, saya baru sempat berbincang-bincang dengan tetangga kompleks yang sedang menjabat sebagai Ketua RT / RW.

Bila orang mau jujur, apalagi bagi mereka yang harus mencari tambahan pendapatan untuk menghidupi keluarga di Jabodetabek yang serba mahal ini, tentu tidak ada yang mau untuk dipilih maupun ditunjuk sebagai Ketua RT / RW.

Ketua RT/RW mempunyai fungsi sebagai pengkoordinasi antar warga, menjadi jembatan aspirasi antar sesama masyarakat dengan pemerintah daerah, menjadi penengah penyelesaian masalah-masalah kemasyarakatan yang dihadapi warga, sedangkan tugas-tugasnya antara lain membantu menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat. Meski menurut Keputusan Walikota, kini yang menjabat sebagai Ketua RT / RW mendapatkan insentif satu tahun. honor sebesar Rp 5 juta untuk RT dan sebesar Rp 7,5 juta setiap tahun.untuk RW, honor ini dirasakan terlalu kecil dibandingkan waktu dan pikiran yang haru dicurahkan.

Masih untung, bila kondisi di lingkungan RT / RW aman-aman saja, misal tidak ada kasus pencurian, perselisihan suami-isteri, KDRT maupun perkelahian antar warga, tugas Ketua RT / RW lebih khusus hanya untuk masalah administrasi surat menyurat dengan Dukcapil saja.

Yang pasti menyita waktu adalah karena warga secara bergantian akan mengurus surat menyurat karena hajat hidup seperti pernikahan dan kematian, maupun perceraian. Untuk yang sifatnya temporer bila sedang berlangsung Pemilu (Pilpres dan Pilleg) dan Pilkada.  Dan ada tugas tambahan sehubungan pandemi yang sedang melanda dunia.

Ketua RT / RW harus memiliki ketegasan, tidak boleh bisa dikendalikan oleh warga. Bila ada warga yang terpapar Covid, dan bisa isoman di rumah, tidak perlu menuruti warga yang kawatir berlebihan dan memaksakan si sakit harus ke Rumah Sakit, apalagi saat Rumah Sakit sedang penuh. Yang penting warga harus selalu dihimbau taat prokes agar daerah yang dikelolanya tetap menjadi zona hijau.

Karena Ketua RT / RW juga harus bekerja, sebaiknya warga juga harus memiliki toleransi yang tinggi. Jangan karena membutuhkan surat menyurat larut malam masih mengetuk rumah Ketua  RT / RW, karena mereka juga perlu beristirahat. Bila Ketua  RT / RW pulang ke rumah sudah malam, sebaiknya datang paling malam jam 21.00 atau datang pagi hari sebelum berangkat kerja.