Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ada Apa di Turki?

9 Oktober 2021   21:32 Diperbarui: 9 Oktober 2021   21:58 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Biru (sumber: merdeka.com)

Hagia Sophia adalah bekas gereja yang dialih fungsikan menjadi masjid. Masjid Biru atau Blue Mosque adalah masjid yang dibangun Sultan Ahmed I dan dihiasi keramik biru. Masjid ini memiliki tujuh menara. Medusa adalah lokasi yang dikenal sebagai rumah dewi berkepala ular. Museum terbesar adalah museum Topkapi yang semula adalah bekas istana kerajaan Ottoman. Perlu waktu berjam-jam karena museum ini sangat luas, museum ini banyak menyimpan peninggalan Nabi Muhammad, seperti tongkat yang pernah dipakai oleh Nabi Muhammad. Museum Meviana tempat menyimpan  karya sastra Jalaludin Rumi. Sedangkan jalan Istiklal adalah jalan sepanjang 1,4 km yang merupakan surga belanja para wisatawan.

Bila Anda memiliki lebih banyak waktu dapat mengunjungi Jembatan Galata, dimana Anda dapat menyaksikan bangunan Turki pada sisi Eropa dan Asia. Jangan lupa menyempatkan mencicipi kuliner khas Turki berupa roti dan ikan panggang yang disebut Balik Ekmek bila berkunjung ke Galata Bridge.
Ada juga Konya kota tua di Turki. Cappadocia, yang terkenal dengan kuliner testi kebab dan mencari pengalaman naik balon udara yang harganya cukup mahal sekitar USD 100. Untuk pergi ke Cappadocia gunakan agen perjalanan. Juga ada Urgup hotel didalam gua. 

Anda perlu menyaksikan tarian sufi, penari berputar 15x dalam keadaan stabil. Juga banyak klub-klub tempat pertunjukan tari perut, karena Turki adalah negara sekuler.

Bagi pecinta novel, ada seorang novelis Turki yang pernah menjadi pemenang nobel sastra yakni Ferit Orhan Pamuk.

Yang asyik adalah minum kopi di pinggir jalan sambil makan roti dan kebab, meski kopi Turki masih kalah enak dibanding kopi Indonesia. Cara meraciknya saja yang menarik ada yang menggunakan pasir panas.

Muthiah sering ke Turki, karena memiliki keluarga dan sahabat politik di Turki, selain untuk wisata religi. Untuk masuk ke Turki mudah, cukup dengan visa on arrival saja. Muthiah selalu pergi pada musim panas, sekitar Agustus, guna menghindari musim dingin. Meski sudah sering ke Turki, namun Muthiah sempat pernah kehabisan uang. Meski tidak pernah ke Turki pada masa pandemi, dari keluarganya didapat info bahwa di Turki warga lebih patuh pada prokes.

Kuliner khas Turki yang disukai Muthiah adalah kebab, roti berisi daging yang bentuknya bermacam-macam ada yang seperti steak, sate, dan sebagainya.

Mata uang yang digunakan adalah Lira, USD dan Euro. Bahasa komunikasi yang digunakan adalah bahasa Turki. Anda harus berhati-hati bila menggunakan taxi, lebih aman menggunakan trem.

Tidak seluruh wilayah di Turki makmur,  masih banyak wilayah miskin hingga warganya banyak yang tertarik berimigrasi ke Jerman.

Sekilas CLICK

ClICK didirikan pada 31 Agustus 2015 sebagai wadah bagi Kompasianer yang sering menggunakan commuter line, karena saat itu belum ada MRT dan LRT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun