Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bisakah Baliho Mengangkat Elektabilitas?

13 Agustus 2021   12:43 Diperbarui: 13 Agustus 2021   12:47 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh Baliho (sumber: kompas.com)

Baru-baru ini dunia politik di Indonesia bergemuruh lagi, meski pilpres masih tiga tahun lagu, beberapa politisi sudah mulai memasang baliho di beberapa tempat strategis. Tentunya tujuan  pemasangan baliho ini guna memperkenalkan si tokoh, yang otomatis akan mengangkat elektabilitasnya. 

Dimulai dari Giring dari PSI hingga beberapa Ketua Partai, seperti Airlangga Hartarto (Ketua Partai Golkar) dan Muhaimin Iskandar (Ketua PKB) dan Puan Maharani (Ketua DPR RI / PDIP). Maupun tokoh yang sedang ingin melakukan :test in the water' elektabikitasnya di mzsyarakat.

Bisakah pemasangan baliho mampu mengangkat elektabilitas si tokoh?  Menurut analisa saya, bisa tapi tidak signifikan karena sekarang sedang era pandemi, dimana warga diminta lebih banyak di rumah saja, jangan banyak beraktifitas dan keluar rumah.

Beda dengan saat menjelang pilpres sebelumnya, karena tidak ada pandemi saya sering bepergian ke luar kota baik jalan darat maupun melalui transportasi udara, sehingga bla ada baliho dipasang di dekat bandara pasti melihatnya. Nah, bila sekarang dipasang baliho berapa orang yang terjangkau? 

Jujur saja, dari semua baliho yang sekarang sudah dipasang, satupun saya belum pernah melihat fisiknya, kecuali melihat melalui foto di portal-portal berita atau saat ada netizen yang memotretnya lalu mengunggahnya di Instagram atau WhatsApp.

Sekolah dan kuliah saja, sekarang dilakukan secara online. Kerjapun disarankan Work From Home. Seminar, pelatihan dan wisata dilakukan secara virtual. Mengapa para politisi ini tidak melirik dunia digital yang sedang naik daun. Mereka bisa menjadi keynote speaker pada seminar kesehatan yang banyak diadakan. 

Bisa juga menampilkan kegiatannya yang terkait dalam membantu warga guna mengatasi dampak pandemi, seperti memberikan bantuan makanan, sembako, obat-obatan dan vitamin atau memberikan solusii pada pengadaan rumah sakit saat rumah sakit sedang penuh, melakukan pengisian oksigen gratis saat oxygen kosong di pasaran atau memfasilitasi vaksinasi, yang dapat divideokan dan diviralkan melalui sosial media, seperti Tik Tok, Youtube, IG TV dan lainnya. 

Memang diperlukan membentuk tim sosial media, guna memikirkan konten, membuatnya dan mengunggahnya di sosial media. Tentu warga yang berada di rumah saja tak akan jauh-jauh dari gawainya. Kalau informasi hoaks saja bisa membuat orang stress, mestinya bisa menjadi media efektif guna mengangkat elektabilitas.

Tolok ukur elektabilitas

Guna mengukur elektabikitas para politisi bisa mempercayai lembaga survey independen yang netral. Contoh hasil survey Y Publica yang dilakukan pada bulan Mei 2021 pada 1.200 responden di seluruh provinsi di Indonesia yang dilakukan melalui telepon sejak 2018 dengan prosentase kesalahan sekitar 3% dan tingkat kepercayaan 95% memberikan hasil elektabikitas capres papan teratas diduduki oleh Ganjar Pranowo 20,3%, Prabowo Subianto 16,7% dan Ridwan Kamil 15,9%.Sedangkan Giring, Puan dan Airlangga masih berada di papan bawah dengan 2,1%, 0,7% dan 0,5%.

Sementara pada bulan yang sana New Indonesia Research & Consulting menempatkan tiga besar teratas elektabilitas capres sama dengan Y Publica dengan menempatkan tiga besar teratas pada Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Ridwan Kamil.

Posisi Puan masih 1,4% dan Airlangga 1,3%. Yang ditengarai mengalami kenaikan cukup signifikan adalah Agus Harimurthi Yudhoyono dari 2,5% menjadi 5%.

Sedangkan hasil survei Charta Politika yang  dilakukan pada periode 12-20 Juli 2021 dan  melibatkan 1.200 responden dengan tingkat kesalahan  3% dan  tingkat kepercayaan 95% menempatkan posisi tiga besar teratas pada Ganjar Pranowo 16,2%, Prabowo Subianto 14,8% dan Anies Baswedan 14,6%.

Puan dan Airlangga yang sudah dipromosikan dengan baliho masih berada di papan bawah dengan 0,7%, sedang Muhaimin sedikit diatasnya dengan 1,3%.

Jadi belum terbukti pemasangan baliho politik mampu mengangkat elektabilitas pada masa pandemi. Justru kiprah Ganjar Pranowo bersepeda menyapa warga Jawa Tengah yang diunggah di media sosial masih lebih mampu mempertahankan posisinya di papan atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun