Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Unggah Sembarang Konten

11 Agustus 2021   08:42 Diperbarui: 11 Agustus 2021   09:50 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita sudah  memasuki era digital. Justru pada saat pandemi, pemanfaatan digital makin meluas. Ada wisata virtual, rapat virtual, pelatihan / seminar virtual, diskusi virtual, kuliah atau sekolah online dan belanja online, serta banyak lagi yang serba virtual dan online. 

Konten-konten di sosial media juga makin beragam, ada tulisan di Facebook atau blog pribadi maupun blog keroyokan seperti Kompasiana, video di Youtube atau IG TV, foto atau gambar pada hampir semua sosial media. 

Kita hidup dalam masyarakat yang terdiri dari manusia-mznusi yang sangat beragam, beda latar belakang agana, pendidikan, suku maupun budaya. Karena itu diperlukan norma-norma yang harus ditaati agar masyarakat dapat berinteraksi dengan baik dan saling bertoleransi.

Membuat konten baik serius maupun  berguraupun ada batasannya, tidak boleh menabrak norma-norma yang telah disepakati. Dan uniknya, tiap orang dan lingkungannya, memiliki norma yang berbeda terhadap suatu konten. 

Ada yang dianggap biasa karena dilakukan diantara teman dan lingkungan tertentu, tapi kalau konten yang sama dilakukan di dalam tempat atau lingkungan yang berbeda  bisa berakibat kegaduhan bahkan bisa sampai ke ranah hukum, karena dianggap mencemarkan nama baik atau menista kelompok tertentu. Apakah semua pembuat konten menyadari hal ini?

Bukannya bermaksud mengkotak-kotakkan manusia, namun pada realitanya tiap orang memiliki kedudukan berbeda dalam masyarakat. Kedudukan itu diperoleh karena prestasi kerja, faktor umur, tingkat pendidikan dan juga presepsi masyarakat mengenai dirinya. 

Karena kita hidup dalam masyarakat, maka apa yang kita lakukan harus disesuaikan dengan kedudukan yang kita pangku. Seorang Office Boy masih bisa ditolerir memasukkan kata makian dalam setiap perkataannya, orang akan memakluminya dan berujar  "Office Boy sih yang ngomong". 

Maaf ini hanya sekedar contoh, dan bukan bermaksud memojokkan atau merendahkan jabatan Office Boy yang cukup penting pada sebuah perusahaan. Orang akan memaklumi dan mudah melupakan hal tersebut. Berbeda halnya bila seorang direktur perusahaan tentu tidak lazim memasukkan kata makian dalam perataannya,. 

Harus menjaga sopan santun dan tingkah lakunya disesuaikan dengan jabatannya. Tentu saja tidak ada larangan bagi seorang direktur untuk memasukkan kata makian dalam perkataannya, tapi hal tersebut hanya akan menurunkan penilaian orang terhadap kepribadian direktur tersebut.

Mengunggah konten

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun