Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Quo Vadiz Reog Ponorogo

7 Agustus 2021   19:44 Diperbarui: 7 Agustus 2021   19:50 1164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sudirman (dok: Koteka)

Akhir pekan ini, Koteka, komunitas traveler Kompasiana mengajak Anda jalan-jalan ke Ponorogo, Jawa Timur. Meski masih bersifat virtual, karena pandemi belum sirna juga. Acara yang disebut Koteka Talk ini sudah menginjak episode ke 47, dan mendatangkan nara sumber Sudirman, seorang seniman pengelola sanggar Kartika Puri Joglo Paju di Ponorogo. Acara bertajuk "Wonderful Indonesia: Reog Ponorogo ini dipandu oleh Ony Jamhari dari Koteka.

Sudirman (dok: Koteka)
Sudirman (dok: Koteka)

Pada presentasinya, Sudirman didampingi dua warok Warno dan Widodo. Warok adalah tokoh masyarakat dan tokoh kesenian di Ponorogo. Warok adalah gambaran pria dengan sifat kesatria, berbudi pekerti luhur, dan memiliki wibawa tinggi di kalangan masyarakat. Merupakan tokoh masyarakat yang jadi panutan, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. Warok sangat berperani dalam kesenian, kebudayaan, sosial, dan bahkan politik di Ponorogo.

Sudirman menceritakan sejarah masa kecilnya hingga bergabung dalam kesenian reog. Pria kelahiran tahun 1964 ini sejak 1976 mulai menari jathilan. Sudirman kecil berpindah dari satu padepokan ke padepokan lain yang tidak memiliki penari jzthilan.

Jathilan merupakan tokoh yang menggambarkan seorang prajurit berkuda dalam seni reog. Dalam seni reog selalu diperankan oleh dua orang. Pada seni reog penari jathilan menunggang kuda lumping.

Sudirman setelah remaja mempelajari aneka seni tari dengan memasuki sekolah seni dengan tujuan mulia untuk memformalkan reog. Ia mempelajari tari tradisional dari Madura, Banyuwangi,Sunda dan lain-lain. Juga mempelajari tarian klasik dari Solo dan Yogya.

Sudirman memiliki visi melestarikan budaya nasional. Dengan cara mempertahankan pengrajin gamelan, pemain karawitan Jawa dan pengrajin Barongan dan Dadak Merak. Barongan adalah topeng berujud harimau atau singa. Sedangkan Dadak Merak adalah topeng berujud burung merak. Keduanya dikenakan pada tarian Reog. Barongan dan Dadak Merak ini berukuran panjang sekitar 2,25 meter, lebar sekitar 2,30 meter, dan beratnya 35-50 kilogram. Barongan dan Dadak Merak  sering menjadi hiasan dalam pesta mantu Jawa. 

Menurut Sudirman, reog adalah keterampilan yang dapat dipelajari.. itulah sebabnya Sudirman mengajar dimana-mana dan memotivasi anak-anak untuk mempelajari kesenian tradisional.

Meski sudah melanglang ke berbagai tempat, Sudirman akhirnya tetap kembali ke Ponorogo, ia seolah-olah menerima amanah untuk melestarikan reog. Sudirman menceritakan upayanya merayu anak-anak untuk mempelajari reog agar dapat tampil menari di Bali, di Senayan dll, dengan cara ini diharapkan anak-anak mulai tertarik. 

Sudirman juga mengajar reog di sekolah, anak-anak didandani busana reog. Lalu dikembangkan anak-anak menari di halaman sekolah. Dilanjutkan dengan mengadakan  festival reog antar kelas pada tahun 1996. Akibatnya, ansk-anak jadi rajin berlatih supaya menang. Muridnya makin banyak, Sudirman makin kerepotan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun