Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Banyak Cara Mengolah Rasa Menjadi Karya

29 Mei 2021   04:19 Diperbarui: 29 Mei 2021   04:22 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengolah rasa (sumbet: listennotes.com  )

Banyak karya-karya besar diciptakan dari mengolah rasa. Khususnya karya-karya yang banyak berkaitan dengan unsur seni seperti patung, lukisan, lagu, sastera, film, drama dan tari.

Pada dasarnya, sebuah karya muncul menjadi sebuah ide berupa rasa yang sanggup dikembangkan. Rasa yang muncul harus ditangkap baik dalam ujud coretan, sketsa atau sesuatu yang bisa ditangkap agar tidak hilang begitu saja tertimpa oleh pikiran-pikiran lain yang selalu memenuhi benak seseorang. Kemampuan menangkap rasa ini yang membedakan seseorang akan menghasilkan karya besar atau karya biasa-biasa saja.

Sebuah gejolak rasa setelah berhasil ditangkap harus dilakukan observasi guna menyempurnakan ide yang muncul ini. Misal seorang penulis, berhasil menangkap ide untuk menulis tentang sebuah peperangan. Maka penulis ini harus melakukan observasi mengenai asal usul dua negara yang akan berperang itu, mencari tokoh-tokoh penting yang akan menjadi tokoh sentral dari tulisan dengan karakter-karakter yang dimilikinya. Semua hasil observasi harus dikumpulkan dan dicatat secara detil agar pada saat ditulis dapat dituliskan secara jelas dan lengkap.

Untuk karya-karya besar tulisan sekelas novel atau script pementasan atau script film, seorang penulis bahkan memerlukan meditasi. Saat meditasi ini, penulis merenungkan setiap hal yang berhasil ditemukannya dalam observasi yang telah dilakukannya. Berusaha memahami dan mengeksplorasi hal-hal baru yang belum pernah ditulis oleh penulis lain.

Agar karyanya berbeda dari karya-karya yang sudah ada, penulis dapat menambahkan dari imajinasinya. Makin liar imajinasinya akan makin memiliki sudut penulisan berbeda dengan tulisan penulis yang sudah ada. Tentu saja imajinasi ini harus dibuat terarah dan terafiliasi dengan alur cerita. Karena bila unsur imajinasi lebih besar, nanti karyanya akan lebih menjurus ke tulisan fiktif dan absurd.

Untuk tulisan yang berupa novel, penulis juga dapat mengikutkan ilusi yang muncul dalam pemikirannya. Lalu pada saat penulisannya, unsur emosi dari penulis juga dapat ditambahkan guna memperkaya bobot tulisan. Tulisan ini setelah diselesaikan harus dibaca ulang dengan penuh konsentrasi dan melibatkan pemikiran agar yang ditulis bersifat logis.

Selain tulisan, karya-karya lain yang juga melibatkan mengolah rasa, juga harus dikerjakan dengan melibatkan observasi, meditasi, imajinasi, ilusi, emosi, konsentrasi dan pemikiran, seperti karya ukir, lukis, pentas, film, lagu, patung dan pahat.

Yang terpenting tangkaplah ide yang muncul saat rasa bergejolak, hal ini serupa dengan mimpi yang harus ditangkap dan dijalankan oleh seorang pemilik bisnis. Dengan mampu menangkap ide, maka Anda tinggal mewujudkannya setelah Anda olah dengan serius. Banyak karya-karya besar yang muncul saat rasa brrgejolak saat tidur, bersantai, mandi, jalan kaki santai, mengayuh sepeda statis, bahkan saat sedang membuang hajat.

Seorang ilmuwan seperti Archimedes muncul idenya untuk menemukan hukum aksi reaksi saat ia mandi di dalam bathtub. Untungnya ia menyadari datangnya ide itu sehingga ia segera keluar dari bathtub dari melakukan catatan ringkas agar ide yang terbersit saat dia mandi tidak hilang begitu saja.

Guna mencegah hilangnya ide, selalu siapkan buku catatan kecil (notes) dan pena atau pinsil agar sewaktu-waktu rasa bergejolak, ide dapat Anda tangkap. Era sekarang, dengan adanya gawai, catatan kecil baik text atau suara dapat Anda rekam pada gawai Anda. Bila Anda membawa komputer tablet dengan stylusnya, bahkan sketsa pun dapat dibuat. Selamat berkarya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun