Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Kencan Pertama yang Bikin "Ilfeel"

18 April 2021   11:07 Diperbarui: 18 April 2021   11:19 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kencan pertama (sumber: idntimes.com)

Masa remaja, masa yang indah untuk dikenang. Tapi sebenarnya saya paling malas untuk mengingat kenangan yang kurang enak. Apalagi yang sifatnya agak pribadi karena dikawatirkan akan membuka luka lama bila dibaca oleh pihak yamg terkait. Untuk itu terpaksa, tulisan ini agak disamarkan sehingga tidak persis sama kejadiannya dengan yang pernah saya alami.

Sebagai fresh graduate yang harus merantau ke Jakarta, saya mau tak mau harus mencari pekerjaan sampingan. Karena rumah belum punya alias masih ngekost. Tapi tiap kali mudik ke kota asal selalu ditanya oleh orang tua, ayo pacarnya dikenalkan.

Wah, mana berani cari pacar, masih tergolong anggota P7 lagi, Pergi Pagi Pulang Petang Penghasilan Pas-Pasan. Dengan mendapat pekerjaan sampingan sebagai pengajar kursus komputer pada malam hari, lumayanlah saya mulai pede berani melirik gadis-gadis Jakarta, karena paling tidak dompet sudah bertambah tebal, jadi kalau mau kencan pada malam Minggu tidak senasib dengan lagu "Malam Minggu" atau "Nonton Bioskop" yang dipopulerkan oleh Benyamin Suaeb, 'mau beli minuman kantong glondangan'.

Kebetulan saya tertarik dengan seorang gadis cantik asal Jakarta yang menjadi murid pada kursus komputer di tempat saya mengajar. Sebagai pengajar, tentu tidak sulit mengenal dan mendekati gadis itu. Apalagi bila nengalami kesulitan, gadis itu pasti bertanya pada saya.

Singkat cerita, si gadis rupanya juga suka didekati, hingga suatu akhir pekan kami sepakat untuk melakukan kencan pertama dengan agenda makan malam pada sebuah rumah makan yang cukup keren saat itu. Jadi agenda kami bukan nonton bioskop seperti lagu Benyamin tadi. Kami memilih untuk makan malam pada sebuah rumah makan yang menyediakan steak. Kala itu mall di Jakarta belum banyak sekarang, jadi kami tidak mengarah ke mall.

Dengan rasa percaya diri yang tinggi, saya mengenakan baju dan celana panjang terbaik dengan mengendarai mobil inventaris kantor pergi menjemput gadis itu di rumahnya.

Saya sudah banyak mempelajari dari buku-buku kepribadian agar pada kencan pertama jangan datang terlambat serta harus bersikap sopan. Setelah bertemu dengan orang tuanya, saya minta izin untuk pergi makan malam. Orang tuanya dengan ramah mempersilakan, dengan satu pesan jangan pulang terlalu malam. Yang langsung saya iyakan.

Seperti di film-film romantis, saya membukakan pintu mobil dan mempersilakan si gadis untuk naik. Di dalam mobil kami berbicara hal-hal yang ringan-ringan, teristimewa kegemaran masing-masing.

Tiba di rumah makan, seperti lazimnya pada akhir pekan rumah makan cukup ramai. Namun masih tersedia satu meja dengan dengan kursi untuk kami. Dan beruntungnya tepat di depan panggung band dan penyanyinya. Setelah kami disodori menu oleh waiter, kamipun memesan dua jenis steak dan minuman segar.

Sambil menunggu pesanan datang, kami melanjutkan pembicaraan di mobil tadi. Namun inti pembicaraan mulai menyimpang. Si gadis mulai banyak bertanya bak seorang interogator. Mulai dari menanyakan asal usul saya, hingga sudah punya rumah atau belum di Jakarta. Saya mulai merasa "ilfeel", koq gadis ini begini ya sikapnya. Dia seakan-akan ingin mengetahui dalam waktu singkat, penghasilan dan aset yang saya miliki di Jakarta sebesar apa.

Hingga makanan disajikan, topik pembicaraan tetap tidak berubah, meski saya coba mengalihkan pada topik pembicaraan yang lebih ringan dan santai. Menyantap makanan jadi terasa hambar, padahal rumah makan ini steaknya sangat terkenal lezatnya. Malam itu saya bak seorang calon tersangka yang diinterogasi seorang polisi. Maka insting saya segera bicara, wah kencan ini sepertinya tidak perlu dilanjutkan bila sikapnya seperti ini.

Selesai makan malam, sesuai janji pada orang tuanya untuk pulang tidak terlalu malam, kami segera pulang menuju rumahnya. Setelah berpamitan pada orang tuanya, saya pulang ke tempat kost. Sebuah pengalaman kencan pertama yang membosankan, karena saya diperlakukan bak calon terdakwa. Pantaskan saya merasa "ilfeel"?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun