Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Self Reward" Itu Perlu

5 Maret 2021   16:57 Diperbarui: 5 Maret 2021   17:16 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memanjakan diri (sumber: galadiva.com )

Perlukah "Self Reward" itu? Tiap individu tentu memiliki pendapat yang berbeda. Rambut sama hitam, tapi isi kepala tiap individu pasti beda. Bagi saya, saya merasa perlu memberikan "reward" pada diri sendiri paska kerja keras.

Bagi saya, alasan utama memberikan "reward" pada diri sendiri adalah untuk memberikan apresiasi pada diri sendiri atas suatu keberhasilan mencapai target. Siapa tahu perusahaan atau boss pura-pura tidak tahu atas kerja keras yang telah saya lakukan. Karena saya memiliki hobi berwisata, maka "reward" yang selalu saya pilih adalah jalan jalan atau "traveling". Tidak selalu harus ke luar negeri atau ke luar kota, bahkan jalan-jalan di dalam kota juga ok.

Yang penting dapat memberikan penyegaran bagi otak yang sudah berpikir keras guna meng-goal-kan tujuan yang ingin dicapai. Juga tujuan jalan-jalan disesuaikan dengan jumlah dana yang berhasil ditabung. "Staycation" satu malam pada akhir pekan pada sebuah hotel di dalam kota juga suatu alternatif "reward" yang menyenangkan untuk memanjakan diri.

Selain untuk apresiasi prestasi yang telah dicapai, "reward" juga bermanfaat untuk menghargai kehidupan. "Reward" juga dapat berfungsi untuk memotivasi diri pada pekerjaan berikutnya. Dengan sedikit memanjakan diri otomatis melepas lelah dan kejenuhan, agar selesai berlibur pikiran segar kembali. Agar siap dipacu untuk pekerjaan yang lebih menantang.

Jadi dengan adanya "reward" untuk diri sendiri adalah hadiah atas usaha dan jerih payah selama ini yang telah dilakukan.
Namun "reward" harus mengukur kemampuan dan tidak boleh memaksakan diri. Contoh bila tabungan atau anggaran yang tersedia hanya sebesar x, janganlah pengeluaran untuk "reward" sebesar y, dimana y lebih besar daripada x. Prinsip besar pasak daripada tiang ini harus dihindari. Jangan sampai gara-gara "reward" yang berlebihan, Anda harus terlibat hutang. Meski tinggal gosok lkartu kredit. Hal ini dapat menjadi bumerang, jangan-jangan Anda bisa terpuruk pada tujuan berikutnya karena pikiran terkontaminasi kapan harus membayar atau melunasi hutang.

Ada beberapa ide "self reward" yang dapat disebut positif, silakan ditiru bila berkenan. Pertama lakukan "quality time" bersama keluarga bila Anda sudah berkeluarga atau dengan teman bila Anda masih termasuk anggota 'jomblo forever'. Lakukan aksi sosial dengan menggalang dana atau berbagi dengan anak yatim, orang tua yang tinggal di panti wreda atau kaum dhuafa.

Bila Anda memiliki hobi nonton film dapat menghibur diri dengan menonton film secara marathon di gedung bioskop bila pandemi sudah selesai, atau nonton film di rumah pada era pandemi.

Bagi Anda yang memiliki hobi memasak bisa mengikuti workshop atau kursus memasak guna memuaskan hobi Anda. Bagi Anda yang memiliki hobi IT bisa ikut kursus singkat aplikasi terbaru guna meningkatkan portofolio Anda.

Anda juga dapat mengambil cuti pendek 1-3  hari guna menyegarkan pikiran. Selama cuti bisa istirahat di rumah, menginap di hotel atau berwisata.

Ide lainnya adalah membeli sesuatu yang sudah lama diidamkan. Tentunya ingat prinsip jangan besar pasak daripada tiang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun