Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pandai tapi Sombong, Sebuah Jebakan Inteligensia

10 Desember 2020   20:42 Diperbarui: 10 Desember 2020   20:50 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sombong (sumber: swamedium.com)

Masalah yang dihadapi orang yang dikenal pandai adalah sering merasa tahu lebih banyak daripada orang lain. Akhirnya mereka menjadi sombong atau terjebak jebakan inteligensia, dan dengan cepat mencela orang lain karena merasa lebih baik dan lebih tinggi stratanya daripada orang lain karena mereka merasa memiliki kepintaran rerata di atas orang lain. Hal ini telah dibuktikan oleh seorang profesor dari Tuck School of Business.

Dalam bidang olahraga juga dapat terjadi, seorang legendaris bulutangkis yang jarang terkalahkan, ternyata tidak berhasil menjadi pelatih yang sukses.

Legendaris dibidang teknologi Apple saat meluncurkan iPod pernah sempat dikalahkan secara teknologi oleh pemutar MP3 kreasi Creative Technology dari Singapura, yang dengan pongahnya menilai orang-orang yang membeli iPod sangat tidak rasional.

Orang pandai sering beranggapan dirinya paling pandai dan maha tahu bila dibandingkan orang lain, hal ini dapat memunculkan arogansi yang berbahaya. Akibat dari kesombongan ini orang jadi merasa lebih hebat dari orang lain. Dalam sejarah sudah banyak terbukti raja yang runtuh atau hancur karena kesombongannya.

Orang pandai sebaiknya lebih bijak dengan membagikan pengetahuan yang dimilikinya kepada orang lain, daripada meremehkan atau merendahkan orang lain.

Apalagi bila Anda adalah seorang pemimpin, cara terbaik adalah berlaku rendah hati dan tidak sombong sehingga tidak pernah merendahkan dan meremehkan orang lain.

Contohlah tanaman padi, kian  berisi, kian merunduk. Jangan sebaliknya kucing tetapi merasa dirinya singa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun