Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Generasi "Sandwich" Mestinya Bukan Beban

4 Desember 2020   07:28 Diperbarui: 4 Desember 2020   07:40 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sandwich (sumber: kokikita.id)

Beruntunglah mereka yang berhasil mendapatkan jodoh pada usia muda, sekitar 20-30 tahun, karena orang tua mereka hampir rata-rata masih hidup bahkan lengkap. Pada saat menikah didampingi sepasang orang tua saat duduk di kursi pelaminan.

Berbeda dengan mereka yang menikah saat usia sudah cukup tinggi, rata-rata orang tua sudah ada yang meninggal dunia lebih dulu, entah ayah atau ibu.

Sebenarnya istilah generasi "sandwich" ini kurang tepat dan tidak sesuai dengan budaya Timur. Karena budaya Timur anak wajib menghormati dan merawat orang tuanya.

Memang bagi mereka yang tergolong berpenghasilan menengah ke bawah untuk menghidupi keluarganya sendiri sudah cukup sulit, apalagi harus ditambah harus menghidupi orang tua dan kadang-kadang plus mertua.

Namun kehidupan itu sebuah seni, kita tidak dapat berhitung secara matematika, bahwa dengan pendapatan seberapapun antara kurang, cukup dan lebih sangat terkesan pribadi.

Bagi keluarga Indonesia yang masih menjunjung tinggi budaya Timur sebaiknya tidak perlu mengenal istilah generasi "sandwich" karena pasutri dengan anak-anaknya harusnya lebih senang bila orang tuanya masih hidup meski harus hidup lebih sederhana karena pendapatan di belanjakan lebih besar. Karena pada generasi apapun entah Baby Boomer, Milenial, X, Y , Z maupun Alpha pasti akan ada yang tergolong generasi "sandwich".

Merasa lebih senang karena anggota keluarga masih lengkap, orang tua dapat membantu mengasuh dan menjaga anak-anak bila kedua orangtuanya bekerja. Anak juga merasa senang karena sanggup membahagiakan dan merawat orang tuanya meski secara sederhana.

Memang idealnya orang tua yang sudah pensiun alias tidak bekerja lagi alias tidak berpenghasilan lagi harus memiliki tabungan untuk biaya hari tuanya, namun kadang-kadang tabungan itu terpaksa harus dikeluarkan lebih awal misal untuk biaya kuliah anak-anaknya. Sangat disarankan bila mampu orang tua saat masih bekerja memiliki asuransi kesehatan karena biaya kesehatan saat ini sangat menguras kantong. Agar seandainya sakit di hari tua tidak membebani anaknya untuk  biaya kesehatan (dokter, obat dan rumah sakit).

Lebih baik hidup sederhana tetapi menghormati dan menghargai orang tua daripada hidup mewah tetapi menjadi anak durhaka. Karena sikap yang salah dari Anda akan terbaca oleh anak-anak Anda. Dan bila Anda memperlakukan orang tua Anda secara tidak benar, kemungkinan besar akan ditiru oleh anak-anak Anda nanti saat Anda sudah tua.

Jadi, berlakulah hormat dan rawatlah orang tua Anda dengan tulus niscaya Anda akan mendapat balasan yang setimpal. Hukum tabur tuai berlaku disini. Jangan hiraukan istilah generasi "sandwich", jangan merasa terbebani, tapi nikmatilah hidup ini seenak menikmati sepotong sandwich.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun