Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Belajar Cara Melawan Covid-19 dari Austria

26 September 2020   18:37 Diperbarui: 26 September 2020   18:43 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dubes RI Austria (sumber: twitter.com)

Hari ini Sabtu 26 September 2020 komunitas traveler Kompasiana kembali menyelenggarakan webinar melalui laman Zoom. Nara sumber kali ini adalah Dr. Darmansyah Djumala Dubes RI untuk Austria dan Slovenia. Sebelum menjadi Dubes RI untuk Austria dan Slovenia, Darmansyah pernah menjadi Kepala Sekretariat Presiden RI, staf ekonomi di Kedubes RI di Jepang, Dubes RI untuk United Nations dan Dubes Finlandia. Darmansyah berasal dari Sumatera Selatan dan memperoleh gelar S2 dari Webster University, USA.

Pada webinar sore ini, Darmansyah memaparkan kebijakan Pemerintah Austria menangani Covid-19 agar dapat dicontoh oleh Pemerintah Indonesia tentunya yang dapat diaplikasikan di Indonesia.

Pemerintah Austria menerapkan kebijakan untuk menangani Covid-19 secara longgar-ketat sesuai dengan kasus yang terjadi. Kebijakan dapat dibagi dua yakni gelombang pertama 25 Februari 2020 dan gelombang kedua September 2020.

Pada gelombang pertama pertama kali ditemukan dua kasus lalu berkembang menjadi 1.000 kasus pada 15 Maret 2020, sehingga Pemerintah Austria menerapkan lockdown. Meski menimbulkan pro-kontra di masyarakat.

Ternyata lockdown total mengganggu perekonomian masyarakat yang didominasi oleh UMKM. Agar perekonomian bangkit mska diterapkan partial lockdown.

Hanya yang red zone yang total lockdown, akibatnya hingga 27 Maret 2020 total korban mencapai 1.000 orang. Bulan April 2020 menurun menjadi 100 kasus per hari sehingga mulai dilakukan pelonggaran.

Karena penduduk Austria hanya 8 juta orang, meski rumah sakit banyak, namun kekurangan nakes sehingga harus mengimpor dari Eropa Timur (Bulgaria dan Rumania)..

Pada gelombang pertama semua penerbangan ditutup, toko ditutup dan dilarang orang berkumpul serta merubah Gedung Pameran menjadi pusat perawatan Covid-19.

Setelah dilonggarkan, terjadi euforia di masyarakat yang langsung berani keluar rumah sehingga pada 1 Juli hingga 11 Septemberc 2020 meningkat menjadi 500 kasus per hari.

Saat kasus meningkat, kebijakan diperketat lagi. Jadi, sistemnya ketat-longgar yang dianalisa per dua minggu. Mulai bulan September 2020 disebut sebagai penanganan gelombang ke dua.

Pada dasarnya Pemerintah Austria mempunyai kebijakan dasar tanggung jawab pribadi dan tidak banyak melarang.:Untungnya warga masih mudah diatur.

Pemerintah menerapkan kebijakan kompromi, karena total lockdown akan berakibat lumpuhnya ekonomi. Masyarakat bebas berkegiatan namun ada aturan yang penting ekonomi jalan dan masyarakat disiplin menerapkan protokol keseharan.

Pemerintah juga menerspkan kebijakan yang meringankan masyarakat, seperti menunda atau nembebaskan pembaysran asuransi dan pajak bagi masyarakat yang harus tutup usaha atau terkena pemutusan hubungan kerja. Karena Austria termasuk negara kaya, maka bagi masyarakat yang tutup usaha atau terkena pemutusan hubungan kerja  mendapat subsidi hingga 6.000 Euro yang berlaku sampai Desember 2020.

Sekarang kasus sekitar 700 per hari dan distibuisi paling banyak di Wina karena 25% penduduk Austria tinggal di Wina. Pengawasan dilakukan melalui patroli dengan denda dari 50 hinggga 1.000 Euro.  Bagi warga yang keluar rumah tidak nengenakan masker didenda 50-200 Euro. Ada warga yang terpapar Covid-19 dan harus karantina mandiri tetapi berkeliaran ke super market didenda 800 Euro. Bagi yang nekad menyelenggarakan kegiatan padahal sudah dilarang atau nekad membuka toko saat lockdown ketat bisa dikenakan denda 1.000 Euro.

 Semboyan penanganan Covid-19 di Austria adalah aman dari Covid-19 namun ekonomi berjalan. Artinya warga tetap produktif tapi tetap aman.

Pada saat lockdown ketat semua penerbangan dan jalan darat tertutup dari pendatang. Saat pelonggaran sudah ada dua maskapai yang beroperasi dan sekarang sudah banyak penerbangan ke Austria. Hanya saja yang boleh masuk dan tinggal hanya mereka yang sudah memiliki izin tinggal. Bagi turis masih tertutup.

Karena alasan politik imigran sangat dibatasi masuk ke Austria, apalagi saat Covid-19 benar-benar terlarang.

Warga Indonesia di Austria kebanyakan mahasiswa, hingga saat ini baru ada 1 kasus. Kedubes memantau secara virtual. Dan siap membantu warga Indonesia yang kesulitan memasuki Austtua. Saat lockdown ketat, Kedubes RI nembantu sembako dan masker kepada warga Indonesia di Austria.

Kesimpulannya untuk menekan kasus Covid-19 sangat diperlukan kedisiplinan warga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun