Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Manusia Itu Lemah

26 September 2020   10:29 Diperbarui: 26 September 2020   10:41 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manusia lemah (sumber: konfrontasi.com)

Meski manusia sudah bisa pergi ke Mars dan Bulan, itu tidak bisa menggambarkan manusia sebagai mahluk yang kuat dan super pandai. Gara-gara virus kecil seperti Corona saja seluruh dunia jadi berantakan, perekonomian nyungsep ke jurang resesi, manusia harus berdiam di rumah saja, kalau mau keluar rumah harus selalu mengenakan masker, hotel dan perusahaan penerbangan nyaris bangkrut karena tiada pelanggan, hal ini membuktikan betapa lemahnya manusia.

Umur manusia juga tidak dapat diprediksikan lagi. Kalau dulu biasanya orang yang sudah berumur yang dikatakan sudah bau tanah. Namun kini orang yang masih muda bisa saja tiba-tiba terpapar Covid-19 dan dalam beberapa hari kemudian dikabarkan meninggal dunia. Sungguh umur manusia sangat sulit diprediksikan, manusia yang lemah ini harus senantiasa berhati-hati. Entah dia kaya atau pintar, siapa saja bisa terpapar Covid-19 dan nyawanya tidak terselamatkan.

Mengetahui umur yang tidak dapat diprediksikan ini, manusia hendaknya memperbaiki kehidupannya. Manusia harus menata ulang prioritas hidupnya. Harus mudah memaafkan orang lain dan segera minta maaf atas segala kesalahannya sebelum ajal menjelang. Menjauhi hal-hal maksiat dan bergelimang dosa agar saat ajal menjelang keadaan jiwa dan raga sudah bersih.

Uniknya, meski manusia itu lemah, namun manusia memiliki kemampuan untuk memilih. Bukan untuk memilih dilahirkan sebagai bangsa apa atau dilahirkan di kalangan apa. Bukan untuk memilih kapan dilahirkan, atau memilih warna kulit, namun memilih mau menjadi apa. Mau menjadi manusia lemah yang berbudi luhur atau manusia lemah yang penuh kejahatan. Jika Anda ingin menjadi manusia lemah yang berbudi luhur, cobalah menata diri untuk selalu berbuat kebaikan bagi sesama manusia, menolong manusia lain yang lemah dan banyak berbuat sosial.

Meski manusia itu lemah, bila mau berbuat baik bagi sesama manusia, kehidupan ini bakal dilalui dengan kebahagiaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun