Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kapan Masjid Komunitas Indonesia Terwujud di Swiss?

12 September 2020   19:53 Diperbarui: 12 September 2020   19:51 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dubes Swiss (sumber: Koteka)

Sore ini 12 September 2020 waktu Indonesia atau siang waktu Eropa, komunitas Koteka kembali mengadakan webinar ke 10 mengenai masjid di dunia. Nara sumber pertama adalah Duta Besar Republik Indonesia untuk Swiss/Lichtenstein, Dr. Muliaman Hadad dan nara sumber ke dua Taufik Hidayat, Kompasianer penulis buku "1001 Masjid di 5 Benua", sebagai moderator Shanty Rosalia dari Up Radio Semarang.

Pada kesempatan pertama Dubes Hadad banyak membahas kegiatan muslim di Swiss. Hadad yang mulai menjabat sebagai Duta besar RI untuk Swiss/Lichttenstein sejak 20 Februari 2018 semula adalah mantan dewan komisioner OJK. Mulai berkarier di Bank Indonesia cabang Mataram (1986) lalu kariernya menanjak terus hingga pernah menjadi deputy Bank Indonesia. Gelar S2 nya di bidang Pemerintahan diraihnya di Harvard University 1990-1991 sedangkan gelar doktor PhD diraihnya dari Monash university Melbourne untuk bidang Ekonomi dan Bisnis.

Menurut Hadad, Islam mulai bekembang di Swiss pada akhir abad 20 namun sumber lain ada yang menyatakan Islam sudah masuk pada abad 10 dari Arab. Selain muslim dari Indonesia, muslim lain berasal dari kaum migran dari Balkan ex Yugoslavia, Turki, Arab, Mediterania dan Asia. Pada tahun 1980 warga muslim di Swiss baru 1% dalam waktu 25 tahun kemudian sudah bertambah hingga 5%. Namun kebanyakan migran bukan penduduk asli Swiss. Penduduk asli Swiss ada juga yang masuk Islam setelah mempelajari Islam.

Komunitas muslim di Swiss selalu berupaya meningkatkan hubungan antar umat beragama dan berupaya nenghapus Islamphobia. Hal ini perlu usaha yang maksimal.

Masjid pertama di Swiss diresmikan 1963 di kota Zurich oleh pimpinan sidang PBB dan dihadiri pejabat kota Zurich. Arsitektur masjid pertama ini masih memiliki minaret.

Hingga saat ini terdapat 19 masjid di Swiss yang dimaksud masjid artinya memiliki kubah dan minaret. Namun masih banyak masjid berupa pusat budaya, khususnya pada daerah Swiss yang berbahasa Jerman. Sedangkan daerah yang berbahasa Perancis dan Italia lebih jarang.

Masjid terbesar saat ini adalah masjid yang didirikan komunitas Albania di Solothurn.  Namun komunitas Indonesia di Swiss hingga saat ini belum memiliki masjid dan sedang membentuk Panitia pembangunannya.

Ada yang unik di Bern, dari tampak depan tidak tampak sebagai masjid. Karena ditempat itu terdapat gabungan tempat ibadah lain dan namanya adalah The House of Religion. Dan dikenal sebagai tempat budaya.

Kegiatan keagamaan berupa dialog sering diadakan pada hari raya  keagamaan seperti Idul Fitri dan Idul Adha dan bulan Ramadan dilakukan buka puasa bersama dan pada bulan Ramadan dilakukan buka puasa bersama dengan umat agama lain agar tercapai hubungan yang baik.

Kegiatan keagamaan pada masjid Gretchen di Solothurn juga meliputi kegiatan sosial untuk masyarakat di sekitar masjid.

Peran masjid di Swiss sebagai tempat ibadah juga sebagai tempat berkumpul kaum muslimin, yayasan untuk mempelajari Islam. Orang non muslim boleh bertanya atau mempelajari Islam, sehingga ada yang mendapat hidayah dan masuk Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun