Dengan makin luasnya penggunaan internet, makin banyak informasi berkeliaran diseputar kita. Entah melalui laman Facebook, Twitter, Instagram atau WhatsApp. Mungkin bagi Anda yang sudah nonton film pendek yang viral berjudul "Tilik", janganlah meniru sikap bu Tejo yang rajin membaca sosial media langsung menjadikannya materi pembicaraan dengan komunitasnya.
Meski menurut penelitian hanya 5% orang yang mau berpikir dulu sebelum bertindak, hendaknya Anda masuk golongan yang 5% itu. Yang penting jangan masuk golongan 85% yang tidak mau berpikir atau 10% yang merasa sudah berpikir.
Rata-rata orang setelah menerima informasi lalu tanpa berpikir panjang terlebih dulu langsung membagikan informasi itu kepada komunitasnya atau menyebarkan melalui sosial media yang diikutinya. Padahal tidak semua informasi yang diterima itu benar dan valid.
Semua informasi yang diterima sebaiknya perlu di proses dulu, oleh daya pikir Anda. Anda harus mampu berpikir kritis, mengembangkan daya pikir yang jernih dan rasional. Siapa pengirimnya, kejadian itu diikuti siapa saja dan apa tujuan si pengirim informasi, yang dikirim itu fakta atau opini. Anda harus menjadi pembaca yang aktif dan tidak menelan mentah-mentah informasi yang diterima. Karena pendidikan itu adalah mengolah fakta dan untuk itu Anda harus berpikir.
Bila Anda lebih mengandalkan ego dan emosi, mungkin Anda akan langsung menelan mentah- mentah informasi yang  Anda terima tanpa menganalisa langsung melakukan penghakiman atas suatu informasi. Anda yang tidak mau berpikir dulu kemungkinan malah tersesat sebagai penyebar hoaks.
Berpikir kritis akan membuat Anda menghasilkan keputusan yang efektif dan tepat. Anda yang mau berpikir kritis akan terhindar dari kejutan dan berita palsu (hasutan).
Anda boleh mempercayai keyakinan Anda, namun janganlah langsung mempercayai informasi yang diterima atau dibaca, apalagi langsung menyebarkannya atau berbagi melalui sosial media atau pada komunitas Anda.