Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menanti Hari Kemenangan Nan Fitri

23 Mei 2019   07:46 Diperbarui: 23 Mei 2019   08:09 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menanti Fitri (sumber: www.kumparan.com)

Setiap bulan Ramadan tiba, aku seakan diingatkan untuk memperbaiki pola beribadah yang kujalani. Bulan Ramadan selalu menjadi batu penjuru guna memulai hal-hal baik yang kadang lupa kujalani karena kesibukan berbisnis dan beraktifitas bersama rekan-rekan dalam komunitas.

Pada bulan Ramadan, aku yang sering bolong menjalankan shalat lima waktu, kembali menjalankan shalat sesuai ajaran agama. Menjalankan ibadah puasa juga sekaligus media kontemplasi untuk menahan aneka nafsu, amarah, ambisi yang berlebihan, maupun memikirkan anak yatim dan kaum dhuafa yang sering makan tidak lengkap dalam satu hari.

Padahal selama ini aku juga aktif dalam kepengurusan yayasan sosial yang menyantuni anak yatim dan kaum dhuafa, namun aku jarang ikut aktif menyapa mereka, paling hanya ikut memberikan donasi saja. Bila bulan Ramadan tiba, berbuka puasa dengan mereka, selalu membuatku trenyuh dan berjanji pada diri sendiri untuk dapat aktif menyapa mereka di bulan-bulan sesudah Ramadan usai.

Aku merasakan hanya sebagai muslim tahunan atau muslim satu tahun sekali, selebihnya seakan aku hanya muslim KTP belaka. Identitasku muslim, namun perbuatan dan pemikiranku kadang tidak sejalan dengan agamaku. Kadang aku masih sering marah-marah kepada bawahanku, sekalipun hanya melakukan kesalahan kecil. Kadang aku masih sering menjalankan bisnis tidak terpuji seperti menyuap pejabat, guna memuluskan proyek-proyekku. Pada bulan Ramadan tiba-tiba semua tingkah polahku yang buruk seakan bermunculan dan tergambar gamblang dan seakan menjewer telingaku, agar aku mau sadar pada kesalahanku dan memperbaiki semua tindakanku yang tidak sesuai sebagai seorang muslim.

Pada malam hari setelah berbuka puasa aku juga menyempatkan membuka kitab suci yang selama ini tergeletak di ujung kamar tanpa pernah disentuh. Membaca kitab suci membuat pikiran dan hatiku menjadi jernih dan tenang, menyesali semua tindakan yang salah, dan menangisi sikapku yang sering kurang layak sebagai seorang muslim. Beberapa hari menjelang Idul Fitri, aku tidak pernah lupa memberikan zakat yang sangat berguna bagi kaum dhuafa.

Bulan Ramadan hanya tiga puluh hari, selalu kuisi dengan puasa dan meningkatkan nilai-nilai religius guna melebur semua dosa-dosaku dan dapat menyambut hari kemenangan pada Idul Fitri nanti. Paling tidak pada saat Idul Fitri, aku sudah menjadi lebih baik, karena menyesali kekurangan pada diriku dan kembali menjalankan perintah agama, sehingga pikiran dan ahlakku sudah lebih bersih.

Setiap habis Ramadan, aku senantiasa merindukan bulan Ramadan, karena hanya bulan suci ini yang paling bisa menegurku agar taat beribadah. Padahal aku menyadari betapa tak terhingga nilai religius yang kudapatkan. Aku selalu bertanya, apakah nanti sehabis Ramadan, aku benar-benar bisa menjadi muslim yang lebih baik.

Dalam keraguanku, hanya ada sepotong doa yang senantiasa kupanjatkan "Beri hambamu kesempatan umur panjang guna menyambut bulan Ramadan lagi". Karena hanya bulan Ramadan yang mampu mengingatkan pada tindakanku yang kurang benar dan mengembalikan aku ke tindakan yang diridhoi Allah.

Kegembiraan menyambut datangnya Idul Fitri seiring berjalan dengan kecemasan berakhirnya bulan Ramadan. Semoga berakhirnya bulan Ramadan tahun ini, dan datangnya Idul Fitri, tidak akan mengurangi nilai religius pada diriku. Dan aku dapat menyambut bulan Ramadan tahun depan dengan tingkat religius yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun