Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Jalan-jalan di Jakarta Utara, dari Pasar Ular hingga Makam Mbah Priok

13 Maret 2019   17:07 Diperbarui: 14 Maret 2019   15:57 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasar Ular Plumpang (sumber: Wisata Kreatif Jakarta)

Pernahkah terbayang jalan-jalan di Jakarta Utara, jalan kaki lagi. Jalanan di Jakarta Utara khususnya kawasan pelabuhan Tanjung Priok terkenal gersang, berdebu dan macet. Karena banyak kendaraan berat, seperti truk dan kontainer dengan muatan penuh yang menuju ke pelabuhan.

Itulah sebabnya Wisata Kreatif Jakarta menggagas wisata jalan kaki bertajuk "Food Tour Free York - Tanjung Priok", agar warga Jakarta dan sekitarnya, bisa mengenal Jakarta Utara lebih dekat. Wisata ini tidak sepenuhnya berjalan kaki, kadang diseling naik angkutan kota. Sebagai titik kumpul, peserta berkumpul di Pasar Ular Plumpang, di pertigaan jalan Semper.

Pasar Ular dulu sangat dikenal sebagai maestronya barang-barang selundupan yang masuk dari jalur laut, para pedagangnya harus selicin ular, agar jangan kena tangkap pihak imigrasi atau kepolisian, atau sesungguhnya karena daerah itu bekas rawa-rawa yang banyak ularnya. Jadi, di sini jangan mencoba mencari ular bagi mereka yang senang memelihara satwa melata ini.

Pasar Ular ke Stasiun

Ternyata ada dua Pasar Ular di kawasan Priok, yakni Pasar Ular Plumpang dan Pasar Ular Permai. Menyusuri Pasar Ular Plumpang yang jalannya berkelok-kelok, peserta diajak melihat-lihat komoditi yang dipasarkan di sana, seperti pakaian dan sepatu.

Menurut penjelasan, Ira Lathief, pendiri dan penggagas Wisata Kreatif Jakarta, semula PaUl (Pasar Ular) adalah pasar tempat dijualnya barang-barang selundupan (black market) yang datang dari pelabuhan. Jadi banyak pakaian, sepatu dan tas yang tidak dijajakan di mal-mal, bisa dibeli di sini. Seiring berlangsungnya penertiban hukum di kawasan pelabuhan, barang selundupan pelan-pelan berkurang dan hilang dari pasaran.

Pasar Ular Plumpang adalah Pasar Ular yang baru, Pasar Ular lama sebutannya Pasar Ular Permai. Di sini banyak dipasarkan keramik dari Tiongkok dan barang-barang kristal dari Eropa. Barang-barangnya bervariasi, ada barang baru namun ada juga barang lama.

Keramik (sumber: Wisata Kreatif Jakarta)
Keramik (sumber: Wisata Kreatif Jakarta)
Dengan menumpang angkutan kota, rombongan dipandu menuju Stasiun Tanjung Priok. Sebuah stasiun kuno yang dibangun pada abad 18, sempat terlantar sejak tahun 1980-an dan kini telah direvitalisasi sehingga dapat digunakan kembali serta diresmikan pada 2010.

Arsitektur stasiun Tanjung Priok sangat mirip dengan arsitektur stasiun Kota (Beos), dengan lengkungan atap dan plafon yang tinggi. Menurut cerita Ira, pada saat revitalisasi stasiun sempat diketemukan bunker yang menuju pelabuhan. Bahkan rumor di masyarakat, masih ada bunker-bunker lain, yang mengarah ke stasiun Kota dan pulau Onrust salah satu pulau terkenal di Kepulauan Seribu. Namun perlu dibuktikan dulu kebenarannya, karena belum ditemukan bukti nyata.

Wisata Kuliner dan Makam Mbah Priok

Wisata kuliner tidak harus selalu di rumah makan berpendingin ruangan atau menyantap kuliner khas daerah tertentu. Yang unik di dekat stasiun Kota terdapat Kampung Warteg (Warung Tegal). Deretan warteg ini berjajar dengan macam-macam menu yang menggoda, buka selama 24 jam 7 hari. 

Salah satu warteg yang dimasuki saat itu adalah Warung Nabila yang menyediakan sup iga sapi. Cara penyajiannya sederhana, tetapi bersih dan cepat. Semangkok sup iga sapi berupa tiga potong iga sapi bersama sayur kol dan daun bawang serta kuah yang sedap, langsung mengundang selera. Harganya tentu murmer, harga warteg, hanya 23 ribu Rupiah.

Sehabis puas menghabiskan semangkok sup iga sapi, rombongan melanjutkan perjalanan mengunjungi dua bangunan keagamaan yang letaknya berdampingan, hanya dibatasi oleh sebidang tembok saja, yang menunjukkan betapa besarnya kerukunan umat beragama di Indonesia. Kedua bangunan itu adalah masjid Al Muqarrabin dan Gereja Mahanaim.

Gereja Mahanaim didirikan tahun 1957, disusul Masjid Al Muqarrabien setahun sesudahnya atas permintaan karyawan dinas perhubungan laut dan para pelaut yang kapalnya sedang singgah. Nama masjid ini diberikan oleh sastrawan kondang Indonesia, Hamka. Seperti halnya Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal yang selalu saling berbagi lokasi parkir di halaman masing-masing bangunan keagamaan, disini juga terjadi hal serupa.

Dari halaman Masjid Al Muqarrabin dan Gereja Mahanaim, rombongan dapat menyaksikan kemegahan pelabuhan bebas Tanjung Priok. Berjalan kaki sekitar 10 menit, tibalah rombongan di Museum Maritim Indonesia yang diresmikan 7 Desember 2018.

Pelabuhan Tanjung Priok dari atap Museum Maritim Indonesia (sumber: Wisata Kreatif Jakarta)
Pelabuhan Tanjung Priok dari atap Museum Maritim Indonesia (sumber: Wisata Kreatif Jakarta)
Indonesia sebagai negara yang memiliki lautan sebesar dua per tiga total luasan negara sudah sepatutnya bila memiliki Museum Maritim yang megah. Museum ini dilengkapi dengan replika kapal, diorama dan audio visual yang canggih serta ruang simulasi kapal. 

Museum ini menunjukkan sejarah kemaritiman sejak dikuasai pemerintah Hindia Belanda hingga masa setelah kemerdekaan Indonesia. Hingga saat ini tiket masuk masih digratiskan, buka dari hari Selasa-Minggu, khusus hari Senin tutup guna pemeliharaan, dari jam 9.00-16.00 WIB, khusus akhir pekan waktu kunjungan diperpanjang satu jam lebih lama.

Tour Jalan Kaki di kawasan pelabuhan bebas Tanjung Priok diakhiri dengan mengunjungi Makam Kramat Mbah Priok yang selalu fenomenal. Makam Kramat ini ditengarai menjadi asal muasal nama Pelabuhan bebas Tanjung Priok.

Makam Keramat Mbah Priok (sumber: www.mediaindonesia.com)
Makam Keramat Mbah Priok (sumber: www.mediaindonesia.com)
Jadi, siapa bilang tak ada hal yang patut dikunjungi di Jakarta Utara. Yuk sekali-kali jalan kaki blusukan mengitari bagian-bagian ibu kota negara tercinta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun