Bila Anda sedang berkunjung ke provinsi Hokkaido, jangan lupa untuk mengunjungi Hakodate, sebuah kota pelabuhan yang memiliki sejarah keterbukaan bagi negara Jepang. Jumlah penduduknya sekitar 280.000 jiwa. Hakodate sudah menjadi kota perdagangan sejak tahun 1854. Dulunya Jepang adalah negara tertutup bagi orang asing. Dua kota yang terbuka pertama untuk orang asing adalah Hakodate dan Nagasaki.
Sebagian dari kota Hakodate pernah terbakar habis pada tahun 1934, yang terkenal dengan musibah Great Hakodate Fire. Banyak bangunan bersejarah yang runtuh akibat kebakaran tersebut. Untung dalam perang dunia, kedua kota ini tidak hancur dibombardir oleh sekutu, mungkin disebabkan di kota ini terdapat 10 camp tawanan perang.
Iconic building di kota Hakodate adalah Goryokaku Tower yang merupakan gedung tertinggi di kota tersebut. Dari ketinggian tower, Anda dapat melihat taman segi lima, yang bila sedang musim mekarnya bunga sakura, maka taman itu dipenuhi dengan bunga sakura yang bermekaran. Kalau sedang musim salju, tamannya juga indah tertutup salju yang putih.Â
Taman segi lima ini dulunya adalah benteng pertahanan yang dibangun oleh Shogun Tokugawa untuk menahan serbuan tentara Rusia. Di benteng itu perang seminggu Boshin War berakhir pada tanggal 27 Juni 1869.
Kota ini adalah surganya seafood, sushi dan ramen. Yang paling popular adalah Ikkatei Tabiji yang menyajikan "dancing squid", cumi-cumi segar yang masih menggeliat ketika disajikan di meja makan akibat disiram cairan cuka. Apakah Anda cukup tega untuk mencicip cumi-cumi berdansa ?
Perjalanan ke Hakodate
Perjalanan dari Zenibako ke Hakodate membutuhkan waktu 4,5 jam. Anda dapat memilih kombinasi jalanan kampung yang berliku dan jalan tol. Pemandangannya indah sekali, mirip dengan Black Forrest di Jerman Selatan. Jalanannya relatif sempit, hanya satu lajur per arah, termasuk jalan tolnya, tetapi kondisinya super mulus. Lalu lintasnya juga sangat lancar. Ternyata panjang jalan tol di Jepang adalah 9,17 km per 1000 penduduk, jauh di atas Indonesia yang hanya 1,68, walaupun masih di bawah Amerika yang mencapai 22,22 km.
Padahal jumlah kepemilikan mobil di Jepang cukup tinggi, yaitu 591 mobil per 1000 penduduk, dibandingkan Indonesia yang hanya 68 mobil per 1000 penduduk. Sebagai data pembanding di Amerika angkanya adalah 981 mobil per 1000 penduduk.
Sepanjang perjalanan Anda akan banyak melewati terowongan-terowongan panjang menembus gunung. Kecepatan maksimum yang diijinkan adalah 80-100 km per jam. Akibat panjangnya perjalanan kali ini, diperlukan pengemudi mobil yang staminanya cukup fit.
Di jalanan Jepang, Anda hampir tidak pernah melihat polisi, namun Jepang tergolong sebagai salah satu negara yang relatif aman di dunia. Beda sekali dengan Amerika dan Indonesia, polisi ada di mana-mana sebentar-sebentar terdengar alaram mobil polisi. Padahal rasio polisi di Jepang cukup tinggi, yaitu 1:520, dibandingkan di Indonesia yang saat ini sekitar 1:700.Â
Di Amerika sendiri rasionya 1:341 yang artinya secara rerata satu orang polisi menangani 341 anggota masyarakat. Menarik juga mengamati angka-angka statistik itu. Rasio polisi dan kenampakannya di muka umum tidak berbanding lurus atau terbalik dengan tingkat kejahatan dan pola perilaku menyimpang masyarakatnya. Bisa menjadi kajian yang menarik.