Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ceng Beng, Upaya Menghormati Leluhur

22 Maret 2018   19:30 Diperbarui: 22 Maret 2018   19:37 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Suasana Ceng Beng (sumber: www.dreamstime.com)

Bagi warga Tionghoa, awal bulan April atau tepatnya tanggal 5 April tiap tahun dikenal sebagai perayaan Ceng Beng atau Sembahyang Kubur atau Siarah Makam atau Festival Bersih Terang.

Perayaan Ceng Beng ini tidak berdasar agama, melainkan lebih kepada ajaran budi pekerti untuk selalu menghormati orang tua atau leluhur yang dikasihi. Pada ajaran ini, menghormati orang tua wajib dilakukan oleh yang lebih muda, baik pada saat orang tua masih hidup maupun setelah orang tua meninggal dunia.

Pada tiap tanggal 5 April atau beberapa hari sebelumnnya, pada pagi hari kaum muda warga Tionghoa dan kerabatnya pergi ke kuburan orang tua atau leluhur. Mereka berbusana bersih dengan membawa bunga tabur. Mereka melakukan pembersihan di lokasi kuburan, seperti memotong dan mencabuti rumput liar, mengelap batu nisan dan menyapu bersih area di sekitar kuburan.

Bagi warga Tionghoa yang menganut agama Budha atau kepercayaan Kong Hu Cu / Confucius melakukan upacara sembahyang kubur atau sembahyang kepada Dewa Tanah, dengan memberikan sesaji berupa kue, makanan dan buah-buahan. Melakukan penghormatan dengan menuangkan teh dan memanjatkan doa kepada Tuhan untuk kedamaian arwah orang tua dan leluhur.

Pada festival Bersih Terang ini sekaligus menjadi sarana untuk reuni dan silaturahmi keluarga. Anak-cucu yang tersebar di kota bahkan negara berbeda berkumpul bersama untuk memberikan penghormatan kepada arwah orang tua mereka. 

Mereka melakukan tradisi pwee untuk bertanya kepada arwah orang tua dengan cara melemparkan dua batang kayu yang memiliki dua sisi. Bila saat pwee dilempar dan menghasilkan dua sisi yang berlawanan, itu berarti acara siarah kubur sudah dapat diakhiri. Sebaliknya bila masih muncul dua sisi yang sama, maka acara belum dapat diakhiri.

Menjelang akhir siarah kubur ini, mereka membakar kertas sembahyang bergambar uang atau benda-benda lain seperti mobil, rumah dan lainnya dengan tujuan untuk mengenang kebaikan orang tua, sebagai balasan atas semua pemberian dan kebaikan selama orang tua hidup di dunia serta dengan harapan untuk dapat digunakan di alam baka. 

Sebagai tanda akhir festival kubur, mereka menancapkan lima kertas berbeda warna dengan hio, pada tanah makam dan melakukan tabur bunga. Setelah itu masing-masing berpamitan kepada orang tua atau leluhur dan meninggalkan area kuburan.

Festival ini merupakan pengejawantahan dari penghormatan dan bakti anak cucu kepada orang tua atau leluhur. Anak cucu harus memberikan tempat terbaik untuk orang tua yang dicintai, khususnya pada saat masih hidup, bahkan hingga setelah tiada harus terus dikenang dan dihormati.

Perayaan Ceng Beng bertujuan untuk selalu mengingatkan kaum muda agar senantiasa menghormati dan mengenang orang tua dan leluhur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun