Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pantjoran Tea House, Resto Kekinian di Kawasan Glodok

3 April 2017   08:32 Diperbarui: 4 April 2017   18:10 4253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Patekoan (Dok Pri)

Pernah beberapa saat gedung ini terabaikan sebagai rumah kosong. Padahal gedung ini menyimpan banyak catatan sejarah, dari masa Batavia hingga Jakarta saat ini. Secara marketing, gedung ini letaknya sangat strategis karena terletak di ujung jalan Pancoran, kini jalan Perniagaan.

Sejarah Gedung

Pada masa lalu di era Batavia, kawasan kota sekarang adalah kawasan niaga. Banyak pedagang keliling dan orang lalu lalang yang kelelahan dan kepanasan. Kapiten Gan Djie seorang Kapiten warga Tionghoa dan isterinya sepakat untuk meletakkan delapan teko berisi air teh bagi mereka yang menumpang beristirahat di depan kantornya. Delapan (pat dalam bahasa Tionghoa) menjadi asal muasal jalan ini dinamakan jalan Patekoan.

Tradisi Patekoan (Dok Pri)
Tradisi Patekoan (Dok Pri)
Gedung ini merupakan saksi sejarah kawasan Glodok, sedang dinominasikan kepada UNESCO sebagai World Heritage Site. Ironisnya, hingga saat ini gedung ini belum dinyatakan sebagai bangunan cagar budaya.

Nama Glodok dan Pancoran sendiri menurut sejarah dari mulut ke mulut, merupakan plesetan dari pancuran yang merupakan sumber air bagi warga kota Batavia, maka daerah itu dikenal sebagai "Pancoran". Air dari pancuran yang menggerojok menimbulkan bunyi. "Grojok" dan pelafalan orang Tionghoa atau Betawi sering menyebut "Glodok".

Apotek

Semangat solidaritas ini dilanjutkan oleh Lin Che Wei yang menjadikan gedung ini sebagai apotek Chung Hwa. Delapan teko tetap disediakan diantara jalan Pintu Besar Selatan dan jalan Pancoran, Glodok. Gedung cagar budaya milik perseorangan ini direvatilisasi oleh arsitek konservasi selama 16 bulan sejak September 2014 dan diresmikan 15 Desember 2015 oleh CEO Jakarta Old Town Revitalization Corp (JOTRC). Dan saat ini gedung ini difungsikan sebagai Pantjoran Tea House.

Pantjoran Tea House

Pantjoran Tea House (PTH) terletak tepat diseberang Glodok City Plaza dengan arsitektur Tiongkok.  PTH sebagai rumah teh berharap para pengunjung bisa berbagi kehangatan seperti era Batavia dulu,  menjadi sebuah restoran kekinian dengan spesialisasi teh. Teh yang disediakan dari impor (Jepangh, China) juga lokal.

Sebuah tradisi yang tetap dilestarikan adalah Patekoan, yakni meletakkan delapan teko berisikan teh dengan teko tua dan gelas jadul, yang disajikan cuma-cuma untuk para pejalan kaki yang sedang melintas.

Memasuki PTH yang tetap mempertahankan arsitektur asalnya, hanya suasananya sudah dibuat nyaman. Gedung dua lantai ini banyak memajang lukisan di dinding yang menggambarkan PTH tempo dulu. Juga penempatan lampu yang khas menambah daya tarik rumah makan ini. Disini,  Anda dapat menikmati kudapan dengan beragam pilihan teh yang disajikan panas maupun dingin. Bila Anda mau menikmati makanan berat juga tersedia beragaram pilihan makanan seperti nasi goreng, kweetiauw dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun