Mohon tunggu...
Sutarno Drs
Sutarno Drs Mohon Tunggu... Guru - Arsitek Jiwa

Mengajar dan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Nusantaraku

20 Januari 2022   13:06 Diperbarui: 20 Januari 2022   13:12 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : Liputan6.com

Nusantara sebuah kata yang bermakna. Ada sumpah yang bertuah, ada ikrar yang berkobar, ada janji yang harus ditepati. Sebuah kata yang terucap dari orang yang memiliki hati dan jiwa akan persatuan dan kesatuan. 

Kata ini Sumpah Palapa menjelma menjadi kekuatan yang menyatukan, apapun nama tempatnya, siapapun orangnya, bahkan apapun resikonya. Nama ini telah mengobarkan semangat persatuan dan kesatuan. Hal ini jika kita belajar tentang sejarah kerajaan Majapahit.

Dalam bahasa Sanskerta, Nusantara terdiri dari dua kata yaitu nusa dan antara. Nusa berarti pulau, antara berarti seberang/luar. Jadi Nusantara berarti pulau-pulau yang terletak di seberang. Suatu wilayah yang sangat luas. Dalam konteks kerajaan Majapahit maka masih banyak wilayah di luar kerajaan majapahit yang perlu dipersatukan kembali dalam kesatuan wilayah Nusantara yang saat itu kondisinya terpisah dalam kerajaan-kerajaan yang berdiri sendiri.

Banyak perbedaan yang harus disatukan, bukan hanya politik, budaya, sosial, tapi juga agama. Sebuah mimpi besar jika ada orang yang berani bertekad untuk menyatukannya. Sebuah kemustahilan. Mengapa? Karena bukan hanya pengorbanan tenaga, biaya tapi juga nyawa menjadi taruhannya. Pertanyaannnya, adakah orang yang berani mengatakan bahwa ini bukanlah mimpi tapi visi?

 Dalam buku Pararaton (kitab raja-raja) disebutkan bahwa pada tahun 1331 Masehi saat Patih Gajah Mada diangkat Ratu Majapahit yang bernama Tribhuwana Tunggadewi menjadi Patih Amangkubhumi kerajaan Majapahit, beliau mengikrarkan sumpah Palapa di depan sang Ratu dan para Menteri bahwa tidak akan memakan Palapa sebelum berhasil mempersatukan Nusantara. Tidak akan beristirahat sebelum Nusantara bersatu. Sebuah visi besar yang akan menjelma menjadi penggerak persatuan pulau-pulau Nusantara, sebuah bentuk nasionalisme kewilayahan yang menggelora.

Kemampuannya meramu antara kekuatan persenjataan dengan kemampuan berdiplomasi politik perkawinan mengantarkan Gajah mada pada tujuan nya yaitu berhasil menyatukan wilayah Nusantara dalam kekuasaan kerajaan Majapahit. Dalam bukunya Mohamad Yamin yang berjudul Gajah Mada: Pahlawan Persatuan Nusantara", adapun wilayah Nusantara yang berhasil dipersatukan meliputi sekuruh Jawa, Sumatera, Kalimantan, Semenajjung Melayu/Malaka, Nusatenggara, Bali, Sulawesi, Maluku, Papua.

Suatu kesatuan wilayah yang indah jika dimaknai bahwa nama Nusantara sudah melegenda. Nama yang mendefinisikan kesatuan berbagai wilayah dari Sabang sampai Merauke. Nama yang menggambarkan kemajemukan geografis dan etnis. 

Semoga nama Nusantara tidaklah sekedar sebuah identitas rasa kebangsaan tapi juga tempat manusia Indonesia melihat ke depan pentingnya persatuan dan kesatuan untuk menghadapi tantangan jaman. Saatnya belajar dari masa lalu dan melangkah menuju masa depan dengan harapan baru dan semangat optimisme. Kalau bukan kita siapa lagi kawan.

Semoga Nusantara juga menjadi kota baru yang kompetetif tingkat global, transformasi sebuah Indonesia yang berbasis inovasi , teknologi, "green economy", begitulah pesan bapak Presiden Joko Widodo. Amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun