Mohon tunggu...
Sutanto Wijaya
Sutanto Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Certified Professional Coach (CPC), Freelance Writer

Certified Professional Coach (CPC), Freelance Writer

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lima Menit di Surga

19 September 2020   12:57 Diperbarui: 19 September 2020   13:04 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image credit: Five Minutes of Heaven

Tulisan ini terinspirasi dari film Five Minutes of Heaven yang dibintangi oleh Liam Neeson dan James Nesbitt. 

Film ini bercerita tentang kisah dua orang manusia yang dipertemukan nasib ketika Irlandia Utara sedang mengalami masa-masa konflik antara kelompok republikan dengan kelompok loyalist di tahun 1975. Film ini merupakan fiksi yang terinspirasi kisah nyata.

Alistair Little (diperankan oleh Liam Neeson) yang ketika itu masih berusia 17 tahun dan merupakan ketua dari sebuah sel teroris loyalist bernama UVF (Ulster Volunteer Force) mendapat tugas untuk membunuh Jim Griffin yang merupakan seorang pemuda yang dianggap sebagai bagian dari kelompok republikan militan. 

Alistair membunuh Jim di rumahnya sendiri ketika sedang menonton TV di ruang tamu dengan menembaknya dari jendela di luar rumah. 

Kejadian ini disaksikan secara langsung oleh Joe Griffin (adik laki-laki Jim Griffin yang diperankan oleh James Nesbitt setelah dewasa) yang ketika itu masih berusia 8 tahun dan sedang bermain bola di depan rumah. Alistair yang tidak mengetahui bahwa Joe adalah adik Jim, membiarkan Joe tetap hidup meskipun dia adalah saksi mata.

Alistair kemudian ditangkap dan mendapat hukuman penjara selama 12 tahun. Tiga puluh tiga tahun kemudian, sebuah stasiun TV ingin mempertemukan mereka berdua kembali untuk program rekonsiliasi. Tetapi Joe tidak datang ke tempat shooting acara TV tersebut untuk bertemu Alistair dan bedamai, melainkan untuk balas dendam.

Judul Five Minutes of Heaven mengacu pada istilah yang dipakai oleh Joe Griffin untuk menggambarkan nikmatnya balas dendam setelah puluhan tahun harus menanggung beban moral menjadi kambing hitam ibunya sendiri karena dianggap tidak bisa menyelamatkan kakaknya. 

Tulisan ini bukan sinopsis film, tetapi bermaksud untuk mengangkat pesan moral dari film tersebut. Tokoh Alistair yang telah bertobat aktif memberikan edukasi ke berbagai pihak khususnya kaum muda untuk jangan sampai membuat kesalahan yang sama. 

Pesannya adalah jangan sampai jatuh ke jurang pengaruh negatif sebagai akibat dari bergabung dengan kelompok orang-orang yang mengajarkan bahwa membunuh mereka yang dianggap sebagai kelompok yang berbeda prinsip dan keyakinan merupakan hal yang sepantasnya bahkan patut dirayakan.

Di kehidupan nyata, kita hidup di dunia yang dihuni oleh lebih dari 7 milyar manusia dari berbagai latar SARA yang berbeda. Potensi untuk terjadi gesekan antar kelompok sangat besar. 

Gerakan BLM di Amerika Serikat yang dipicu oleh kekerasan rasial adalah bukti nyata bahwa sampai saat ini pun manusia belum begitu maju dalam pemikiran yang bersifat universal. Pemikiran universal yang saya maksud adalah semua manusia setara derajatnya terlepas dari latar belakang SARA nya. 

Alistair yang dalam film tersebut merupakan pelaku kejahatan sebenarnya juga merupakan korban. Meskipun diceritakan berasal dari keluarga yang kelihatannya baik, dia tidak pernah mendapatkan perhatian dan bimbingan yang cukup sehingga mudah terpengaruh pihak-pihak yang mengajarkan dogma negatif. 

Keluarga memegang peranan yang sangat penting untuk pembentukan mindset anak. Jika anak sejak kecil tidak mendapatkan perhatian dan bimbingan yang baik dari orang tua, maka berpotensi untuk memunculkan generasi muda seperti Alistair dan teman-temannya. Yang lebih parah lagi adalah ketika orang tua yang menjadi sumber dogma negatif untuk anaknya.

"Be the change you want to see in the world" adalah kutipan bijaksana dari Mahatma Gandhi. Untuk memulai perubahan memang harus dimulai dari diri sendiri. 

Orang tua tidak bisa mengajarkan sesuatu kepada anaknya jika mereka sendiri tidak melakukannya di dalam kehidupan sehari-hari. Jadilah teladan melalui sikap dan tindakan-tindakan nyata.

Ada yang mengatakan bahwa paham radikalisme tidak apa-apa dan boleh ditoleransi, selama tidak berubah menjadi tindakan nyata yang radikal. Saya tidak setuju. 

Segala tindakan manusia berawal dari pikiran. Jika kita tidak berusaha untuk memelihara pikiran yang baik, kita berpotensi untuk jatuh ke dalam pikiran-pikiran yang tidak baik. Dan pikiran-pikiran yang tidak baik mustahil bisa menghasilkan tindakan-tindakan nyata yang baik. 

Mari kita ciptakan lima menit di surga yang berbeda. Lima menit dalam surga pikiran yang membangun dan membawa damai, untuk diri sendiri dan orang lain. 

May peace be with us all.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun