Mohon tunggu...
Sutan Malin Sati
Sutan Malin Sati Mohon Tunggu... Seniman - tukang saluang hobi barandai

Tukang Saluang

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Baca Tulisan AHY, Bangga Menjadi Orang Minang

24 Agustus 2020   17:39 Diperbarui: 24 Agustus 2020   17:40 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Sumber: Sindonews

Pagi ini saya membaca artikel yang ditulis Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Artikel berjudul "Memerdekakan Negeri dari Krisis Pandemi" tersebut dimuat dalam koran Sindo edisi Senin 24 Agustus 2020. 

Selain ulasan yang bernas, sisi lain yang menarik dari artikel ini; menurut saya pribadi adalah masuknya kutipan dari empat pahlawan nasional yang berasal dari Sumatera Barat (Minangkabau).

Empat pahlawan nasional berdarah "Minang" itu adalah Haji Agus Salim, Muhammad Natsir, Sutan Syahrir, dan Datuk Tan Malaka. Entah disadari atau tidak, tapi lagi-lagi bagi saya pribadi, pemilihan empat pahlawan nasional tersebut mewakili ragam warna gerakan dan pemikiran kebangsaan yang related dengan judul "Memerdekakan Negeri".

Haji Agus Salim, adalah salah seorang diplomat ulung. Kepiawaiannya dalam bernegoisasi dicatat oleh ketua delegasi Belanda dalam perundingan Linggarjati, Willem Schermerhorn. Menurutnya, sosok Salim adalah negosiator tangguh, pandai bicara dan berdebat. Selain itu, dikalangan negarawan Salim disebut mewakili gerakan dan pemikiran kelompok islam atau golongan "kanan".

Pendiri partai politik Masyumi, Muhammad Natsir sama halnya dengan Agus Salim. Dirinya juga disebut mewakili gerakan dan pemikiran kelompok islam (kanan). 

Salah satu kiprah Natsir dalam rangka menjaga "kemerdekaan" Indonesia adalah ketika dirinya mengeluarkan Mosi Integral Natsir dalam sidang pleno parlemen, 3 April 1950. 

Mosi ini dipuji Hatta dan Soekarno, karena mendorong semua pihak untuk berjuang dengan tertib dan memulihkan keutuhan bangsa Indonesia dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang sebelumnya berbentuk serikat. Keberhasilan Natsir tersebut diganjar Soekarno dengan mengangkatnya menjadi Perdana Menteri pada 17 Agustus 1950.

Dari golongan nasionalis (tengah), AHY memasukkan nama "Bung Kecil" Sutan Syahrir. Tokoh satu ini disebut banyak sejarawan sebagai arsitek di balik layar kemerdekaan bangsa Indonesia. 

Dalam usia muda, 18 tahun, Syahrir mendirikan sekolah untuk kaum miskin di Bandung bernama Tjahja Volksuniversiteit. Selain bergerak di bidang sosial, "Bung Kecil" muda juga mendirikan sebuah klub diskusi politik yang dinamakan Patriae Scientiaeque. Dari sinilah Syahrir berkenalan dengan tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan lainnya dan pada akhirnya bersama Soerkarno mendirikan Partai Nasional Indonesia.

Dari golongan "kiri" ada nama Ibrahim Datuk Tan Malaka, atau biasa disebut dengan Tan Malaka. Dikalangan pejuang pergerakan kemerdekaan, Tan disebut hantu republik yang tidak mempan digebuk. Disegani teman, dan ditakuti lawan, begitulah sosok pria kelahiran Pandam Gadang, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat tersebut.

Bisa dikatakan, Tan adalah orang pertama yang mencetuskan konsep "Negara Indonesia" melalui bukunya yang berjudul Naar de Republiek Indonesia (1925). Buku beliau inilah yang pada akhirnya menginspirasi Soekarno, Hatta, Syahrir, dan bapak bangsa lainnya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun