Maaf jika egoku membuatmu berada pada situasi yang tidak kamu inginkan. Maaf jika inginku membuatmu bingung seperti yang pernah kamu utarakan saban hari. Kamu tidak akan pernah tahu betapa lemahnya perasaan seorang wanita. Kamu tidak pernah tahu bagaimana sakitnya dipaksa berhenti mencintai. Kamu tidak akan pernah tahu bagaimana hancurnya ketika dipaksa melepaskan. Jika saja bisa, detik ini juga: akupun ingin berhenti mencintaimu pun sangat ingin melepasmu. Tapi semakin aku paksa semakin kuat pula ia berbalik menyerangku. Bukannya rasaku berkurang, namun sebaliknya semakin membuncah. Bukannya aku ingin menyiksamu apa lagi menjebakmu dalam situasi yang tidak menyenangkan ini. Bertahan denganku kala rasamu sudah  tak ada lagi. "Sama seperti kopi yang kehilangan manisnya karena gula yang berangsur hilang ditelan pahitnya kesunyian" pasti kutipan ini tidak asing bagimu. Ini dari storymu yang sempat aku baca saat aku terjaga baru-baru ini. Dan aku merasa tertohok dengan kata-kata itu. Andai bisa aku ingin kamu berada di posisiku dan rasakan apa yang aku rasakan. Sebentar saja. Hingga paham betapa sulitnya menjadi aku. Bertahan mencintaimu, bertahan menyayangimu disaat kamu sendiri sudah abai tentang diriku. Berjuang sendiri memang melelahkan. Berikan aku waktu sebentar lagi sampai aku benar-benar menyerah dan kalah. Biarkan aku menemukan warasku kembali hingga aku punya alasan berdiri tegap tanpamu.