Mohon tunggu...
Susi Qory Utami
Susi Qory Utami Mohon Tunggu... Lainnya - squ1702

"Dia tahu aku mencintainya,tapi aku mencintainya lebih dari yang dia ketahui.” -Rumah Sufi- Mahasiswa UIN Khas Jember (ProgramDoc)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Problematika Siswa di Era New Normal

21 April 2021   16:58 Diperbarui: 4 Juni 2021   22:34 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan mengalami perubahan signifikan dari segi pembelajaran dan metodenya, karena suatu wabah yang melanda dunia sejak akhir 2019. Covid-19 wabah yang terjadi di kota Wuhan, China. Covid-19 masuk ke Indonesia tahun 2020 telah melumpuhkan semua elemen dari segi ekonomi maupun pendidikan. 

Sekolah  mendapatkan perintah dari Pemerintah tidak membolehkan siswa pergi ke sekolah untuk pembelajaran seperti biasa setiap harinya. Mereka belajar di rumah sejak hari Selasa tanggal 17 Maret 2020.

Sekolah mengalami lockdown untuk tidak mengadakan pembelajaran tatap muka. Upaya dilakukan dengan pertimbangan agar pembelajaran tidak berhenti karena wabah tersebut. 

Pemerintah mengupayakan agar semua sekolah melaksanakan pembelajaran dengan "Dalam Jaringan" atau daring. Pembelajaran daring bisa dilakukan dengan cara menggunakan satu atau beberapa aplikasi, yakni zoom meeting, google meet, whatsapp, telegram, skype, google duo dan lainnya. 

Pemerintah pula memberikan kuota pendidikan kepada seluruh siswa di Indonesia. Dengan mendata no handphone siswa ataupun wali siswa yang bersangkutan. Besaran kuota pendidikan berbeda antara siswa dan guru. 

Murid diberikan sebesar 35 giga byte dan guru sebesar 40 giga byte untuk tahun 2020 lalu selama 3 bulan. Tahun 2021, siswa diberikan sebesar 10 giga byte dan guru sebesar 12 giga byte setiap bulan.

Pembelajaran daring dilakukan setiap harinya sesuai mata pelajaran. Dengan melakukan zoom meeting selama 45 menit, dikarenakan ada biaya jika lebih dari waktu tersebut. 

Bisa juga guru membuat grup kelas di whatsapp atau telegram untuk memberikan dan pengumpulan tugas atau info setiap harinya. Namun, pembelajaran daring berjalan dengan semestinya dan juga tidak. Daerah perkotaan bisa terlaksana karena sarana dan prasarana yang mendukung, seperti tersedianya handphone dan signal.

Bagi daerah pedesaan dan pelosok handphone belum semua mempunyai dan signal belum menyeluruh. Terkadang menumpang kepada tetangga dan mengakses di tempat dengan banyak signal. Sampai akhirnya ada istilah "Guling" alias Guru Keliling, dengan mendatangi salah satu atau dua siswa yang terbatas dalam pembelajaran daring.

Pembelajaran daring juga dieluhkan oleh orang tua siswa, siswa maupun gurunya. Orang tua siswa yang semuanya berbeda dalam hal pekerjaan dan waktu yang diluangkan. Orang tua tidak dapat dengan intens mendampingi putra-putrinya dalam belajar, lain halnya orang tua yang memang murni Ibu Rumah Tangga. 

Bisa juga dengan ketidakpahaman orang tua akan tugas siswa. Siswa yang merasa jenuh belajar dengan daring di dalam rumah tanpa ada pertemuan dengan guru dan teman-temannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun