Mohon tunggu...
susilawati 16
susilawati 16 Mohon Tunggu... Relawan - Jauh dari kata sempurna

Terbentur, terbentur, terbentuk

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Duniaku dan Seisinya (Susilawati)

5 September 2021   07:00 Diperbarui: 5 September 2021   07:00 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

DUNIAKU DAN SEISINYA

(Karya Susilawati)

"Nak, perkenalan dirimu pada dunia dimulai dari hari ini. Awali semua dengan yang baik, kamu pasti bisa. Ibu pulang dulu ya." Ibu pamit sembari memelukku. Aku mengangguk seolah mengerti dengan perkataan Ibu tadi. Mataku berbinar, ingin rasanya Ibu tetap di sini menunggu hingga aku pulang sekolah. 

Tapi aku harus berani, aku harus memperkenalkan diriku pada dunia baruku. Di sini aku berkenalan dengan teman-teman kelas, senang sekali rasanya bercengkrama dengan banyak orang dan begitu banyak sekali warna di awal dunia baruku ini.

Jam menunjukkan pukul 10.00, itu artinya waktu pulang sekolah. Semua teman-temanku di jemput terkecuali aku dan teman baruku. Karena searah, kami memutuskan untuk pulang bersama.

"Assalamualaikum ... Ibu Dinda sudah pulang," ucapku dengan gembira sembari berlari ke arah dapur.
"Wah, anak Ibu sudah pulang. Waalaikusalam cantik, gimana hari pertama mengenal dunia barunya?" Tanya ibu yang menyambutku dengan semangat.
"Asyik, Bu. Aku bertemu dengan teman-teman yang baik, Ibu guru yang baik pula." Aku menjelaskan penuh gembira.
"Alhamdulillah, kalau kamu senang dengan dunia barumu tapi ingat besar nanti kamu akan menemukan suatu perbedaan, suatu masalah, bahkan suatu tantangan besar tentang duniamu dan lebih banyak lagi warna lainnya, dan kamu harus siap menerima warna hitam putih yang terselip di dalamnya." Lagi-lagi ibu mengeluarkan kata-kata yang tak kumengerti namun kali ini dapat ku cerna.

Agar tak menyumbangkan polusi pada bumi, selama berangkat dan pulang sekolah aku selalu berjalan kaki bersama dengan temanku. Hari demi hari kulalui. Tak terasa masa putih merahku telah usai hingga saat ini aku sudah menamatkan 6 tahun belajar di sekolah dasar. 

Separuh warnaku akan hilang karena pastinya aku akan berpisah dengan beberapa teman kelasku yang selama 6 tahun ini selalu bersama. Sudahlah, bukankah setiap pertemuan pasti ada perpisahan.

Kini aku melanjutkan sekolah di SMP Negeri Abdi Negara pilihan bapak dan ibu, karena jarak yang masih bisa dijangkau dan hanya ini sekolah negeri satu-satunya yang pastinya dengan biaya yang lebih terjangkau. 

Aku masuk di SMP ini bersama sahabat kecilku yaitu Nadya Amira dan Ayu Aina Besari. Aku berbeda kelas dengan kedua sahabatku ini, mereka berdua sedangkan aku sendiri. Tak ada teman, tetapi aku harus memulai kembali dunia baruku dan melukiskan warna di setiap detiknya.

Beberapa bulan kemudian aku dekat dengan salah satu teman yang bernama Fani Adisty Zainal. Ia merupakan anak guru di sekolahku. Senang sekali rasanya, karena dia tak menyombongkan jabatan orang tuanya malah dia care sekali padaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun