Mohon tunggu...
Susanto
Susanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik, ayah empat orang anak.

Tergerak, bergerak, menggerakkan. Belajar terus dan terus belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aku Ingin Jalan Kaki, Tapi ....

13 Oktober 2022   23:24 Diperbarui: 13 Oktober 2022   23:57 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi jalan kaki. (Image by storyset on freepik.com/free-vector/moving-forward-concept-illustration_7367527)

Selama dua belas tahun, saya tinggal di dusun tepian sungai. Sungai terbilang besar di wilayah Sumatera Selatan. Sungai Rawas yang bermuara di Sungai Musi dikatakan sebagai anak Sungai Musi. Sungai Musi, sungai terbesar dan terpanjang di Sumatera Selatan.

Pada saat itu, nyaris, pergerakan di dusun dilakukan dengan jalan kaki. Tidak bersepeda, apalagi bersepeda motor. Belum ada jalan darat yang menghubungkan desa tempat tinggal saya dengan desa tetangga. Yang ada jalan setapak melewati kebun dan hutan.

Pergerakan orang dan barang dilakukan melalui sungai. Biduk atau sampan bak sepeda di air. Ia mampu mengangkut dua hingga tiga orang ditambah beberapa barang. 

Tentu saja jarak yang ditempuh tidak jauh-jauh amat. Pasalnya, bahan bakarnya makanan yang teroksidasi menjadi tenaga otot yang disalurkan ke dayung atau pengayuh. 

Di darat, sepeda tidak digunakan sebagai alat transportasi. Tidak lebih sebagai alat bantu mengangkut barang. Kulu kilir (ke ulu dan ke ilir) orang berjalan kaki. 

Dusun membentang dari ulu ke ilir. Tempat saya tinggal kira-kira tepat di tengah-tengah dusun yang memanjang di tepian Sungai Rawas itu.  

Jarak dari rumah ke sekolah lebih kurang 500 meter. Jalan kaki orang dewasa setiap langkah sejauh sepertiga meter. Dengan demikian, pergi pulang saya melangkah sebanyak 3.000-an langkah. Setelah pulang sekolah, kadang saya pergi ke tempat tetangga, ke lapangan, bahkan diajak saudara angkat ke ladang atau ke sawah. 

Nah, aktivitas lain tersebut pun dilakukan dengan jalan kaki. Jadi, dalam hitungan kasar, barangkali saya melangkah dalam sehari ya, berkisar 5.000 hingga 6.000 langkah. Belum memadai, namun sudah lumayan.

Aku Ingin Jalan Kaki, Tapi ....

Setelah mutasi, dan jarak rumah ke tempat kerja lumayan jauh, sekitar 24 kilometer, saya harus memiliki kendaraan bermotor. Ojek pangkalan pun menjamur. Lalu, apa dampak setelah mengenal sepeda motor dan menjamurnya ojek pangkalan? Yang jelas, aktivitas jalan kaki, berkurang. Alasan ingin cepat, maka ke  warung yang berjarak kurang dari 300 meter pun naik motor. Tidak jalan kaki.

Jika ditanya, kenapa sih tidak jalan kaki? Ada beberapa alasan, tepatnya mencari-cari alasan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun