Mohon tunggu...
Susanto
Susanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik, ayah empat orang anak.

Tergerak, bergerak, menggerakkan. Belajar terus dan terus belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Nana Belajar Memahami Puisi

14 September 2022   01:18 Diperbarui: 14 September 2022   01:20 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 "Assalaamu'alaikum, Selamat Pagi ...!"

Terdengar suara di luar pintu. Hari Minggu ini Pak Eko tidak berkegiatan. Badannya kurang mengizinkan. Bersepeda santai yang biasa ia lakukan bersama teman-teman sebayanya tidak bisa dilakukan. Jika dipaksakan dan jatuh sakit, siapa yang akan mengurusi? Si Uti, begitu ia memanggil istrinya, sudah tiada. Lima bulan lalu ia meninggalkan lelaki yang sebulan lagi pensiun itu, seorang diri.

"Wa'alaikum salam, selamat pagi juga. Siapa, ya?"

Lelaki berumur hampir enam puluh tahun itu bergegas ke ruang tamu. Sampai di belakang pintu, ia buka pintu rumahnya. Tampak di depannya seorang gadis. Beberapa tahun lebih muda dari anaknya nomor dua. Yang jelas, Diana sekarang adalah siswa kelas sebelas SMA. Ia tetangga Pak Eko.

"Ada apa, Nana? Apa kau disuruh ibumu ke rumah, Pak?" tanya Pak Eko kepada gadis yang sejak kecil sering main ke rumahnya. Ia menonton televisi bersama Rahma, anak pak guru itu yang nomor dua. Bermain boneka dan masak-masak. Diana, atau Nana sudah seperti anak sendiri bagi lelaki yang biasa dipanggil Pak Eko itu.

"Tidak, Pak. Nana ada tugas," jawab Diana.

"Tugas apa?" Pak Eko balik bertanya.

"Tugas bahasa. Diminta bu guru mencari puisi. Lalu diminta menceritakan isi puisi. Nah, yang sulit ada nih. Dari puisi yang dipilih disuruh mengkritisi dan menulis kembali versi sendiri. Aduh, pusing aku," jelas Diana. Ia tampak manja. Bukan karena Pak Eko sudah seperti ayah sendiri, melainkan ia juga tipikal anak yang suka mengeluh sebelum berusaha.

"O, kebetulan Pak Eko sedang istirahat di rumah. Badan kurang sehat. Tapi, untuk membantu tugas Diana masih sangat bisa. Sudah dapat puisinya?" balas Pak Eko.

Lelaki tua itu membetulkan kacamatanya dan mengajak Diana duduk di kursi tamu. Pintu rumahnya ia buka lebar-lebar. Demikian pula korden ruang tamu ia sibak agar ruangan lebih terang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun