Mohon tunggu...
Susanto
Susanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik, ayah empat orang anak.

Tergerak, bergerak, menggerakkan. Belajar terus dan terus belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kurikulum Merdeka: Aku Belum Diklat, Bagaimana?

13 Agustus 2022   23:52 Diperbarui: 14 Agustus 2022   00:03 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
App Merdeka Mengajar di Android (Kemdikbud)

"Merdeka belajar itu apa sih?"

"Bapak tahu Kurikulum Merdeka itu seperti apa?"

"Apakah dengan Merdeka Belajar anak-anak menjadi bebas dan belajar semaunya?"

Pertanyaan-pertanyaan itu, secara bergurau dan serius pernah kita dengar. Jika kita balik bertanya, jawaban yang sering saya terima adalah, "Entah, aku belum ikut diklat. Jadi belum tahu apalagi paham."

Usia saya sekarang lima puluh satu tahun. Rekan guru seusia saya atau beberapa tahun di atasnya pernah mengalami era penataran dan pelatihan. Apalagi jika muncul kebijakan baru atau hal baru yang sedang atau akan diterapkan. Tujuannya agar konten yang dilatihkan menyebar hingga ke pelosok negeri. Penataran dan/atau pelatihan tersebut acapkali dilakukan beberapa angkatan. Oleh karena itu, jamak jika teman guru ditanya tentang sesuatu hal jawabnya, "Aku tidak tahu. Aku belum ditatar atau didiklat."

Demikian bertahun-tahun, hingga tidak sadar memengaruhi pola pikir. Jika ingin tahu hal baru, ya ikut penataran atau diklat. Implikasi, jika ada tugas yang harus dikerjakan sering meminta orang lain yang sudah ditatar dengan mengatakan,"Kamu saja, kan kamu yang ditatar."

Contoh diklat luring  (https://p4tkbispar.kemdikbud.go.id/) 
Contoh diklat luring  (https://p4tkbispar.kemdikbud.go.id/) 

Adanya pandemi Covid-19 tahun 2020 hingga awal tahun 2022 terjadi perubahan luar biasa dalam berbagai bidang, termasuk transfer pengetahuan. Pada era sebelumnya, transfer pengetahuan dilakukan pada sebuah kelas, dalam ruangan, secara tatap muka. Peserta yang mengikuti kegiatan pun terbatas, sebatas luas ruangan. Biaya yang dikeluarkan pun relatif besar. Biaya sewa ruang, biaya transportasi, biaya rapat, alat tulis, dan konsumsi harus dikeluarkan. Kemudian, pelatihan dilakukan berjenjang. Pelatihan dari pusat yang diselenggarakan oleh Kementerian kemudian diimbaskan ke daerah dengan pola yang sama. Sementara, waktu terus berjalan.

Pada masa pandemi Covid-19, pertemuan di sebuah ruangan secara klasikal, dilarang. Beruntung, teknologi komunikasi sudah sedemikian maju. Oleh karena itu, kendala ruang kelas nyata, diatasi dengan menciptakan ruang kelas maya melalui bantuan aplikasi. Tidak membutuhkan ruang gedung pertemuan. Tidak ada biaya konsumsi dan transportasi. Peserta yang dijangkau pun semakin banyak dan luas.

Pada masa pandemi, dimulailah era webinar. Webinar atau seminar melalui website secara gratis bermunculan di mana-mana. Pendidikan dan Pelatihan dalam jaringan yang diselenggarakan secara gratis maupun berbayar dengan biaya relatif murah pun merebak. Tidak ada paksaan untuk mengikuti. Pun guru bebas memilih topik yang disukai.

Transformasi Pendidikan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun