Mohon tunggu...
Susanto
Susanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik, ayah empat orang anak.

Tergerak, bergerak, menggerakkan. Belajar terus dan terus belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bangsaku Merdeka, Guruku Merdeka

8 Agustus 2022   00:03 Diperbarui: 8 Agustus 2022   00:22 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya bersama anak murid (Dok. Pribadi)

Untuk itu, semangat kegotongroyongan makin diperkuat. Gotong royong, berkolaborasi, dan bersinergi tanpa memandang suku, agama, ras, dan golongan adalah ciri bangsa kita sejak dahulu.

Merdeka Guruku

Era pandemi adalah era disrupsi bagi dunia pendidikan. Pembelajaran konvensional klasikal yang selama ini berlangsung, berubah drastis menjadi pembelajaran jarak jauh. Dengan atau tanpa sambungan internet. Guru mengalami lompatan terbesar dalam melaksanakan strategi pembelajaran.

Perubahan tersebut tentu saja menimbulkan kegamangan. Tidak saja bagi guru yang terbilang muda, apatah lagi guru yang memasuki usia senja. Gawai dan internet, mau tidak mau dimiliki dan dikuasai, sesuai kemampuan. Para guru pun berlomba belajar melaksanakan strategi pembelajaran yang baru pertama kali dialami. Berbagai praktik baik pun tersebar di dunia maya. 

Webinar dan pelatihan memanfaatkan berbagai kanal yang paling mudah dikuasai. Grup WA dan Telegram mulai bermunculan. Kementerian pun tidak tinggal diam. Platform Guru Belajar dan Berbagi menjadi sarana belajar jutaan guru secara mandiri. PGRI, Institusi Swasta, Praktisi Pendidikan, tidak kalah berlomba menyelenggarakan webinar gratis dalam rangka meningkatkan kompetensi guru kita.

Tahun pertama (2020-2021) PJJ berlangsung belum juga pandemi menunjukkan penurunan. Tahun kedua pandemi, tahun 2021-2022 bermunculan keluhan akan degradasi moral anak-anak akibat penggunaan gawai yang tidak bertanggung jawab. Pun learning loss menggelisahkan kita semua. Akhirnya, Kementerian merespon untuk menjawab tantangan tersebut. Berbagai regulasi dikeluarkan dan kebijakan Merdeka Belajar diluncurkan.

Kita patut bersyukur. Pada tahun pelajaran 2022/2023 pandemi cenderung berakhir. Pembelajaran tatap muka terbatas pun naik statusnya menjadi pembelajaran tatap muka penuh. Namun demikian, pembiasaan dan kebiasaan belajar melalui platform digital tidak ditinggalkan bahkan cenderung melengkapi pembelajaran. 

Para guru pun mulai akrab dengan pelbagai pelatihan daring. Pelatihan mandiri pun dilirik pemerintah agar guru makin cakap tanpa harus meninggalkan kelas. Platform Merdeka Mengajar disosialisasikan dan diwajibkan untuk diakses dan diinstal pada gawai masing-masing.

Saya bersama anak murid (Dok. Pribadi)
Saya bersama anak murid (Dok. Pribadi)

Para guru makin merdeka dalam menuntut ilmu dan merdeka dalam mengajar. Meskipun makna merdeka di antaranya adalah bebas, namun guru yang merdeka bermakna diberi kebebasan untuk berkreasi dalam rangka melaksanakan pembelajaran. 

Cara paling mudah adalah dengan mengamati, meniru, dan memodifikasi berbagai contoh yang ada. Contoh Kurikulum, perangkat ajar, praktik baik, sudah tersedia. Guru hanya berkewajiban menyesuaikan dengan kondisi lingkungan belajar masing-masing.

Bagaimana? Sudahkah Anda, para guru, merasa merdeka mengajar? Atau malahan menjadi semakin pusing? Mungkin kita harus mengubah mindset atau pola pikir yang sudah terbentuk selama ini. Dari biasa menerima menjadi berusaha mencari, dari diajari menjadi belajar mandiri, dari berdiam diri menjadi aktif bertanya. Salam dan bahagia. Merdeka!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun