Mohon tunggu...
Susanti
Susanti Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Seorang praktisi pendidikan yang memulai profesinya sejak 2001 dan mencintai pendidikan anak usia dini.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bilingualisme pada Anak Usia Dini

27 Januari 2021   18:23 Diperbarui: 27 Januari 2021   18:32 1971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kesimpulan
Dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sejak abad ke 20, bilingualisme tidak hanya memberikan dampak positif bagi perkembangan bahasa seorang anak, tetapi juga perkembangan kognitif anak, emosional, sosial, logika berpikir dan kreativitas imajinasi anak berkembang lebih baik. 

Usia balita merupakan usia emas perkembangan manusia, termasuk perkembangan bahasa yang merupakan periode sensitif bagi anak usia dini, Karena itu,  pengenalan bahasa asing pada Golden Age ini merupakan kesempatan terbaik bagi perkembangan bahasa anak. 

Pada kenyataannya, anak-anak bilingual memiliki kemampuan statistik belajar yang lebih baik daripada anak yang hanya menguasai satu bahasa sehingga pencapaian nilai-nilai belajar mereka jauh lebih tinggi dari anak-anak yang hanya monolingual.

Namun, tetap saja masih banyak masyarakat yang kuatir dan tidak percaya dengan manfaat bilingualisme dan cenderung menyalahkan konsep ini tatkala mendapati anak-anaknya mengalami speech delay, atau tidak bertumbuh secara sempurna. Padahal, banyak sekali faktor internal dan eksternal lainnya yang dapat menjadi penyebabnya. 

Belum lagi pernyataan "kebingungan bahasa" yang dibahas oleh orangtua dan pendidik sebagai efek negatif bilingualisme. Padahal yang disebut kebingungan bahasa ini justru merupakan kekuatan positif bilingualisme, karena menunjukkan kemampuan anak dalam berpikir kritis saat menghadapi keterbatasan kosakata berbahasa. 

Kekuatiran ini tentu tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, dan hanya sekedar mitos belaka. Masalah tumbuh kembang anak yang terganggu dipengaruhi oleh banyak faktor-faktor yang masih harus ditelusuri dengan seksama, sehingga perawatan dan latihan yang tepat dapat direncanakan untuk membantu mengatasi permasalahan yang ada, daripada hanya sekedar menyalahkan konsep bilingualisme.

Referensi:
1. Foster, K.M., & Reeves, C.K. (1989). FLES improves cognitive skills.

2. Heller, M. (1990). Bilingualism - R. Appel and P. Muysken, Language contact and bilingualism. London and Baltimore, MD: Edward Arnold, 1987. Pp. 213. Language in Society, 19(3), 403-406. doi:10.1017/S0047404500014573

3. Myers-Scotton, C. (1990). Suzanne Romaine, Bilingualism. Oxford: Basil Blackwell, 1989. Pp. 337. Language in Society, 19(4), 557-561. doi:10.1017/S0047404500014858

4. Stewart, J.H. Foreign Language Study in Elementary Schools: Benefits and Implications for Achievement in Reading and Math. Early Childhood Educ J 33, 11--16 (2005). https://doi.org/10.1007/s10643-005-0015-5

5. Wagner, D. (1980). B. McLaughlin, Second language acquisition in childhood. Hillsdale, N.J.: Erlbaum, 1978. Pp. 239. Language in Society, 9(1), 135-137. doi:10.1017/S004740450000796X

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun