Walau telah membaca petunjuk tentang tempat tujuan sebelum berangkat dari Jakarta yang menyebutkan bahwa suhu masih sangat dingin disana, harus mengenakan pakaian tebal, sepatu yang nyaman untuk cuaca dingin, kemudian disarankan membawa kupluk sebagai pelindung kepala tapi tidak terbayang akan melihat salju turun tiap hari dan kadang sangat deras saat berkunjung ke kota Saint Petersburg, Rusia di bulan April 2019, setahun sebelum pandemic corona menerjang dunia.
Berangkat dari ibu kota Rusia, Moscow pada malam hari menggunakan kereta yang dilengkapi kamar untuk tidur ( sleeper train ) Â yang ditempuh dalam waktu kurang lebih 8 jam. Sepanjang malam memanfaat waktu untuk istirahan dan tidur di kereta karena memang di luar jendela hanya terlihat hamparan kegelapan yang sesekali diselingi pendar cahaya dari lampu - lampu rumah penduduk setempat.
Suasana dan tata kota Saint Petersburg hampir mirip dengan ibu kota Prancis, Paris tapi lebih bersih dan lengang, belum sesak dengan turis dari mancanegara. Sungai Neva membentang indah membelah kota membuat kita betah berlama-lama menyusuri tepinya tapi sayang karena cuaca membuat sebagian permukaan air masih membeku sehingga kapal kapal ferri yang biasa hilir mudik membawa wisatan tidak bisa jalan saat itu.
Salju di awal bulan April turun biasanya saat malam atau pagi hari dan suhu akan lebih hangat saat salju reda. Hari mulai gelap sekitar jam 8 malam jadi waktu siang lebih panjang yang membuat kita tidak menyadari waktu istirahat yang normal seperti di negara negara tropis, bahkan tiap musim panas disana akan melalui  fenomena alam yang dikenal dengan sebutan"White Night" karena selama berhari hari langit terang tanpa malam.
Kita dapat menjumpai beberapa istana peninggalan keluarga dinasti Romanov di sini seperti Istana Ratu Khaterine ( Khaterine Palace)  dan Istana Raja Peter (Peter the Great Palace/ Peterhof) yang sekarang  menjadi museum dan tempat menjamu tamu kenegaraan, serta Istana musim Dingin (Winter Palace) yang sekarang berubah menjadi Hermitage Museum yang merupakan museum seni terluas di dunia, pada awalnya museum ini digunakan untuk tempat meyimpan koleksi lukisan-lukisan keluarga kerajaan atas ide The Great Khaterine.
Tapi yang paling menarik perhatian saya adalah tungku pemanas di dalam Khaterine Palace yang anggun menjulang tinggi sampai ke langit langit yang terbuat dari porselin mahal  yang pasti sangat berguna untuk menghalau cuaca dingin masa itu sebelum tersedia alat penghangat ruangan modern karena musim dingin di Saint Petersburg hampir sepanjang tahun jadi jangan heran bila mengkonsumsi minuman beralkohol "vodka" sangat  digemari untuk menghangatkan tubuh disana dan menjadi bagian budaya orang Rusia sampai sekarang.
Bila melihat langsung semua istana tersebut yang sungguh mewah dan menakjubkan, maka anda mungkin akan mengerti kenapa terjadi revolusi Rusia tahun 1917 yang dilakukan oleh masyarakat kelas bawah  yang kehidupannya kontras dengan kehidupan dalam istana yang akhirnya meruntuhkan sistem monarki Rusia yang berlangsung sepanjang periode 1721-1917 dengan menghukum mati seluruh keluarga Kaisar termasuk kelima anaknya yang masih kecil dan remaja.Â
Setelah berkeliling Saint Petersburg selama 3 hari, saya kembali ke Moscow naik kereta lagi tapi kali ini mencoba kereta peluru super cepat "Sapsan" sejenis kereta peluru "Shinkansei" di Jepang dengan waktu tempuh sekitar 4 jam, setengah durasi apabila kita naik sleeper train atau reguler train.
Mengenang kota Saint Petersburg , yang paling diingat tentu dinasty Romanov, udara dingin,salju dan...vodka.